Pengalaman magang di Jepang; Selalu Tegar Walau Sering Dimarahi

Saya pernah magang dua kali. Magang pertama kalinya selama 3 tahun. Sebelumnya saya mendapatkan informasi tentang magang ke Jepang dari seorang teman. Setelah lulus SMA tahun 2007, saya kerja selama 2 tahun setengah di Taiwan. Kenapa pada akhirnya saya memutuskan ke Jepang karena sebelumnya saya juga pernah mencoba magang ke Korea, tapi korea itu ada sistem kuota, sedangkan Jepang lebih mengandalkan kemampuan. Dan niat saya ke Jepang ingin mengembangkan ilmu yang di dapat di Indonesia. Selain itu, setelah pulang dari sana, saya berharap
bisa bekerja juga di perusahaan Jepang. Saya berangkat ke Jepang tahun 2015 dan kembali tahun 2018 sekitar bulan maret. Yang kedua kalinya ke Jepang adalah dalam rangka perpanjangan kontrak walaupun harus menunggu selama satu tahun untuk pengurusan dokumen dan lainnya oleh Kumiai. Lamanya perpanjangan hanya dua tahun saja.

Alasan mengapa saya kembali ke Jepang untuk yang kedua kalinya karena atasan saya di tempat bekerja dulu masih memerlukan tenaga saya, sehingga meminta saya kembali ke sana. Selama di Jepang, saya bekerja di bagian lapangan, di sebuah proyek pembangunan dan struktur bangunan di daerah prefektur Miyagi. Kegiatan selama magang lumayan sibuk. Bekerja dari hari senin sampai sabtu dari jam 8 pagi sampai 5 sore, dan libur satu hari biasanya saya gunakan untuk beristirahat,
belanja sayur untuk stok selama seminggu. Saya tinggal di sebuah apartemen bersama dengan beberapa pemagang lainnya.

Kesan-kesan saya ketika pertama kali datang ke Jepang mungkin sedikit terbiasa, karena sebelumnya sudah sering bertemu orang asing. Tapi ketika tiba di Jepang saya harus bisa menyesuaikan diri dengan kedisiplinan dan juga bahasanya. Selama di Jepang pun saya pernah pergi ke beberapa kota seperti Hamamatsu, Shizuoka, dan Tokyo.

Menyempatkan jalan-jalan dengan teman

Kendala yang paling saya rasa adalah bahasa. karena bahasa sangat penting saat menjalin komunikasi dengan orang Jepang, walaupun ya tergantung bidang pekerjaannya sendiri. Penghasilan saya di sini sekitar 8.800 yen perhari. Tapi belum dipotong asuransi, biaya apartemen, pajak penghasilan, dan pajak penduduk. Uang yang sudah saya dapatkan biasanya saya kirimkan kalau keluarga punya kebutuhan.

Kendala sebagai seorang muslim mungkin sama dengan kebanyakan muslim lainnya soal sulitnya makanan halal, makanya harus berhati-hati memilih makanan yang mengandung babi dan alkohol. Setidaknya harus bisa baca kanji “babi”. Tapi untuk waktu shalat masih bisa saya kerjakan di jam jam istirahat. Hobi baru yang saya dapatkan semenjak bekerja di Jepang adalah merakit gundam, kadang kalau hari libur bisa sampai lupa waktu.

Suka dukanya bekerja di bangunan adalah watak orang Jepangnya yang keras. Pertama kali kerja di sini saya sering dimarahi bahkan dipukul sambil dikatai ucapan-ucapan yang kasar seperti “baka yaro!” dan sebagainya. Sudah dua tahun bekerja pun masih tetap saja dimarahi dan disuruh pulang lagi ke Indonesia. Apalagi kalau musim panas, kalau sedang emosi orang Jepangnya sering menendang atau memukul apapun yang ada di sekitarnya. Kalau tidak kuat fisik dan mental bisa kabur. Tidak terkecuali pemagang-pemagang sebelumnya yang bekerja di tempat tersebut. Ditambah baru-baru ini datang pemagang baru orang Indonesia di tempat saya, dia pun sama
seringkali dimarahi.2

Berpose di depan AKB48 shop and caffe

Saat saya marah saya pernah membanting benda-benda sekitar saya untuk melampiaskan emosi. Tapi orang Jepangnya diam saja tidak menegur saya, karena saya sudah lama kerja di sini.

Setelah pulang dari Jepang, saya ingin membuka usaha, walaupun jenis usahanya belum terpikirkan. Lulus JLPT N2 dan ingin mencoba melamar ke perusahaan-perusahaan Jepang.

Bagi kalian juga yang ingin mencoba magang ke Jepang, tips dari saya yang harus dipersiapkan adalah mental dan fisik yang kuat juga kesungguhan. Ingat selalu dan fokus dengan tujuan yang ingin dicapai. Harus membulatkan tekad dan harus semangat, juga ketegasan sangat diperlukan. Karena kalau bekerja di lapangan sudah seperti di militer.

Festival Kanto Akita. Warna Keemasan Padi Yang Menghiasi Langit Malam Akita

Festival Kanto merupakan salah satu festival dari 3 festival terbesar yang berada di daerah Tohoku setingkat festival tanabata di Sendai dan festival Nebuta di Aomori. Festival ini sangat terkenal sebagai event yang diadakan setiap musim panas di Akita sebagai simbol memohon hasil panen yang baik, dengan membawa/memanggul bambu yang telah dirangkai kemudian dipasangi lampion yang dibentuk seolah terlihat seperti malai padi.

Lampion tersebut disebut Kanto. Namun selain keindahannya, poin yang paling mendebarkan adalah ketika lampion tersebut dibolak-balikkan. Di Jepang sendiri, terdapat festival yang besar maupun kecil yang kalau dijumlahkan keseluruhannya hampir mencapai 300.000 festival dalam setahun, dan festival yang satu ini termasuk 5 besar festival yang paling memiliki daya tarik.

Dalam artikel kali ini akan kami perkenalkan Festival Kanto yang dilaksanakan dari tanggal 3 sampai tanggal 6 Agustus setiap tahunnya.

Stasiun Akita
Dari Bandara Akita menggunakan Limousine Bus sekitar 50 menit (930 Yen)

Tentang Festival Kanto

Kanto sendiri merupakan batang bambu yang dirangkai secara memanjang dan melintang, kemudian digantungi 46 buah lampion. Kanto ini memiliki ketinggian sekitar 12 meter dan berat 50 kg. Seperti yang telah sedikit disebutkan di atas, Festival Kanto di Akita ini merupakan bentuk memohon hasil panen yang baik dengan membuat Kanto yang dibentuk seperti malai padi yang merunduk karena beratnya bulir padi. Festival Kanto adalah festival yang sangat tua dan memiliki bentuk aslinya sejak zaman Edo 300 tahun lalu. Pada saat itu, festival ini diadakan mengusir penyakit dan roh jahat.

Kalau menilik lebih dalam lagi, sama halnya dengan Festival Nebuta di Aomori, Festival ini juga memiliki unsur “Neburi Nagashi” yang sepertinya sudah dimulai sejak saat itu. Namun seiring dengan penyebaran lilin dan bercampur dengan tradisi di Akita menjadikan festival ini seperti bentuk yang sekarang.

Menikmati Keindahan Kanto. Tampak Seperti Malai Padi Yang Keemasan!

Pertunjukkan utama dari festival ini diadakan di jalan besar di malam hari. Ada sekitar 300 buah Kanto, dengan jumlah lampion yang lebih dari 1.000 menghiasi langit malam di Akita. Pertama-tama kami ingin kalian memperhatikan Kentou saat pertama kali diberdirikan.

Kanto yang telah memasuki jalan besar diberdirikan dalam sekejap mengikuti aba-aba musik pengiring. Tampak seperti malai padi berwarna keemasan yang bersinar terang. Saking indahnya, bulu kuduk sampai berdiri.

Sama seperti Festival Nebuta di Aomori, Festival Kanto pun ditunjuk sebagai aset budaya… karena keindahannya

Salah Fokus Dengan Skill Pemegang Kanto!

Setelah menikmati keindahan kanto, perhatian pun teralihkan dengan seseorang yang sejak tadi menyangga kantou, atau dalam bahasa Jepang disebut “Sashite”. Skil para pembawa kanto menjadikannya salah satu tontonan di festival ini. Mereka memperlihatkan keseimbangan menyangga kanto yang berbobot 50 kg dan ketinggian mencapai 12 meter dengan telapak tangan, bahu, bahkan dahi mereka sambil meneriakkan kata “Dokkoshoi! Dokkoshoi!” dengan suara yang lantang. Bagi yang sudah sangat ahli, mereka bahkan bisa mengangkat kanto menggunakan pinggang untuk menyeimbangkan berat sambil menampilkan tarian dengan kipas.

Melihat dari beratnya lampion kanto, terlihat seperti akan roboh tapi tidak roboh juga. Hal ini membuat para pengunjung yang melihatnya merasa berdebar.

Mahakarya yang dipamerkan para “sashite” secara bergantian adalah poin yang mendebarkan.

Mari Coba Kanto!

Setelah festival berakhir, para pengunjung punya waktu menyentuh kanto, atau coba memegangnya dan bisa pula mengambil foto kenang-kenangan. Karena sudah sengaja datang, jangan lupa coba kanto ya!

Kalau kalian coba mengangkat kanto tersebut, kalian pasti akan kaget dengan beratnya. Dan kalian akan menyadari kehebatan skill para “sashite” saat membolak-balikkan kanto sambil menahan beratnya. Dengan mengetahui langsung beratnya kanto, kalian bisa menikmati festival ini dengan mengenalnya lebih jauh lagi.

Ayo Menikmati “Festival Gourmet Lokal” di Akita!

Di lapangan tempat kanto festival ini diselenggarakan, terdapat berbagai makanan yang enak yang berkumpul di “Festiva Gourmet Lokal”.
Di sini kalian bisa menikmati makanan maupun sake asli Akita, seperti Yokote yakisoba, Kiritanpo, Hinnaka chicken, dan Tazawako beer.

Kalian juga bisa makan terlebih dahulu sebelum pertunjukan dimulai, atau melihat festival sambil menikmati sake.
Ayo nikmati malam di Akita dengan kelima indra kalian!

Tempat Festival Kanto Akita
Stasiun JR Akita, dari pintu barat jalan kaki 15 menit

Ingin Melihat Festival Akita Walau Sekali Seumur Hidup! Skill Para “Sashite” yang Membuat Musim Panas Semakin Panas!

Festival Akita ini bisa dikatakan sebagai festival yang paling mendebarkan di antara 3 festival terbesar di daerah Tohoku. Cahaya dari lampion yang tak terhingga menghiasi setiap penjuru jalan benar-benar pemandangan yang menakjubkan dan penampilan para “sashite” merupakan sebuah mahakarya. Festival Kanto, dimana kalian bisa makan, dan mencobanya langsung. Kalau ada kesempatan, coba datang ya!

Penerjemah : Aririn