Pesona Senbon Torii sampai Puncak Gunung Kuil Fushimi Inari yang menyembah Dewa Rubah

Ada banyak tempat yang indah di Kyoto

Kota Kyoto yang berada di daerah Kansai adalah kota warisan budaya yang membanggakan Jepang. Ada banyak Jinja ( kuil untuk penganut agama Shinto) dan Otera ( kuil untuk penganut agama Buddha ) di Kyoto, yang merupakan ibu kota Negara Jepang selama 1000 tahun, Meskipun sekarang bukan ibu kota Negara Jepang, banyak tempat wisata terkenal di Kyoto yang merupakan destinasi travel wisatawan dari seluruh dunia.

Kali ini すかSUKI akan memperkenalkan tempat wisata favorit yang berada di Kyoto, yaitu Fushimi Inari Taisha.

Fushimi Inari Taisha
Dari Stasiun Kyoto naik kereta api JR tujuan ke arah Nara kira-kira 13 menit perjalanan, turun di Stasiun Inari. ( ongkos : 130 yen )

Apa itu Fushimi Inari Taisha

Fushimi Inari Taisha adalah kuil yang menganut kepercayaan pada dewa Inari, kepercayaan ini menjadi salah satu agama yang diyakini di Jepang. Ngomong-ngomong, orang yang mengetahui Jepang secara mendetail mungkin sudah mengetahui arti Inari, Inari adalah hewan yaitu rubah, Inari Shinkou ( kepercayaan Inari ) berarti agama yang menyembah rubah sebagai Tuhan. Kemudian Fushimi Inari Taisya ini adalah kuil utama dari semua kuil Inari yang berada di Jepang, dengan kata lain seperti bos nya kuil.

Ngomong-ngomong lagi Japanese Food “Sushi” khususnya yang terkenal di Eropa dan Amerika Serikat yaitu Inari Zushi, mereka membuatnya seperti bentuk rubah ( Ternyata Inari Zushi adalah makanan favorit Dewa Rubah )

Tunggu dulu, Fushimi Inari Taisha Bukan sekedar kuil Dewa Rubah lho

Tetapi, kalau hanya mendengar ini ( ahh.. ternyata hanya kuil ya. Banyak kuil di Kyoto, tidak pergi ke sini pun tidak apa apa kan ya ..) mungkin ada yang terlanjur berpikir seperti itu.

Tunggu dulu!

Fushimi Inari Taisha bukan hanya kuil ! Fushimi Inari mungkin terkenal sebagai kuilnya Dewa Rubah, tetapi juga terkenal sebagai kuil terluas yang menjadikan seluruh area gunung tersebut secara tidak sengaja sebagai kuil.

Hal lain yang menjadikannya terkenal adalah jika mendaki gunung ini terdapat Torii ( Benda yang berada diantara Dewa seperti gerbang ) disepanjang jalur pendakian sehingga terlihat seperti Senbon Torii ( 1000 gerbang ). Pengalaman mendaki melewati Torii ini adalah pengalaman tidak biasa termasuk bagi orang Jepang, perasaan aneh seperti dijaga oleh dewa dapat membuat hati merasa damai ketika mendaki.

Melewati banyak Torii untuk mendaki Inari Yama ( Gunung Inari )

Di tengah perjalanan terdapat juga lampu yang cantik

Jika Anda beruntung, Anda bisa melihat wanita yang berpakaian kimono dan kolaborasi Torii!

Menikmati waktu Fantastis di Fushimi Inari Taisha

Turun gunung sambil menikmati berjalan melewati Senbon Torii menuju stasiun terdapat makanan terkenal Kyoto, ada Shin Soba, Telur, dan Ji Udon yang bisa dinikmati sebelum pulang dari Fushimi Inari Taisha. Ada Kereta JR yang langsung menuju stasiun Kyoto, jadi masih banyak tempat wisata yang bisa dinikmati sebelum sampai ke Stasiun Kyoto, seperti Kiyomizudera, Kinkakuji, Kyouanji, dll.

Kalian juga datanglah ke Fushimi Inari Taisha dan mendakilah sampai ke puncak gunung melewati Torii、bersenang – senanglah dengan pendakian kecil yang indah ini.

Budaya Kerja Orang Jepang

Konnichiwa sahabat すかSUKI semuanya!

Di artikel sebelumya kita pernah membahas tentang tahap melamar kerja di Jepang. Nah, pasti kamu mau tahu dong, seperti apa sih budaya kerja japanese? Kita perlu tahu supaya tidak kagok saat bekerja dengan mereka.
Jika kita sudah menyelesaikan pendidikan dan siap menghadapi dunia luar, maka kita akan disebut dengan sebutan 社会人(しゃかいじん) (shakaijin: anggota masyarakat). Menjadi shakaijin, itu berarti kita juga harus siap untuk menjadi orang dewasa sepenuhnya yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, maupun harus mampu mempunyai manner yang baik. Jadi, jangan heran kalau menjadi shakaijin di Jepang itu sedikit berat.
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang budaya kerja mereka, lanjut baca saja deh!

 

1. Disiplin

Seperti yang kalian pastinya sudah tahu semua, orang Jepang itu perfeksionis. Yes! Benar sekali. Mereka perfeksionis sehingga terkesan kaku karena tingkat kedisiplinannya yang tinggi. Mereka bekerja dengan jadwal yang tertata rapi dengan waktunya yang mereka perhitungkan dengan teliti. Jadi jangan sampai kalian terlambat karena hal yang tidak jelas ya, karena image adalah hal yang sangat penting saat bekerja disana. Sekalinya imagemu jelek, susah untuk mengembalikan kepercayaan mereka terhadap kamu.

 

2. Detail

Hmm.. ada yang tau apa maksud detail disini? Detailnya yang dimaksud adalah, mereka selalu memperhitungkan segalanya sampai yang menurut kita tidak penting sekalipun. Misalnya nih, mereka mau membuat pintu. Kalau kalian, apa yang kalian pikirkan saat mau membuat pintu? Warna? Bentuk? Ukuran? Ada lagi? Kalau mereka, selain hal yang disebutkan tadi, mereka juga akan memikirkan ‘Permukaannya mau dibuat seperti apa, bahaya atau tidaknya kalau anak kecil yang memakai, dsb dsb’. Tapi justru itu yang menyebabkan barang-barang yang mereka buat itu pasti berkualitas dan aman digunakan oleh siapa saja.

 

3. Budaya lembur

Saya tidak tahu apakah ini bisa disebut sebagai budaya atau tidak, karena hampir sebagian besar warga Jepang tidak pulang tepat waktu. Sistem kerja mereka adalah berangkat awal pulang akhir. Mereka biasanya lembur minimal 1 jam. Jadi kalau jam pulang mereka seharusnya jam 18.00, mereka akan tetap kerja sampai sekitar jam 19.00-21.00. Maka dari itu, pemerintah Jepang sekarang sedang gencar menggalakkan peraturan untuk meminimalkan lembur serta menganjurkan warganya untuk segera pulang dan menghabiskan waktu bersama keluarga.

 

4. Dedikasi tinggi

Orang Jepang itu totalitas dalam segala hal, begitu juga dalam pekerjaan. Kalau di atas tadi saya menyebutkan mereka suka lembur dan pulang terlambat, mereka juga suka masuk kerja minimal 30 menit sebelumnya. Alasannya? Menyiapkan pekerjaan yang mau mereka lakukan hari itu. Wow. Mereka juga tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Karena itulah hasil pekerjaan mereka selalu bagus dan tidak pernah molor.

 

5. Sistem vertikal

Untuk sistem kerja, mereka masih menerapkan budaya 先輩(せんぱい) (senpai: senior) dan 後輩(こうはい) (kohai: junior) yang kuat. Dengan senior saja kita harus hormat sekali, apalagi dengan atasan. Pemakaian bahasa adalah salah satunya. Kita wajib memakai bahasa sopan (yang biasa diakhiri dengan です (desu) atau ます (masu) terhadap mereka. Hati-hati, jangan sampai memakai bahasa gaul yang biasa kita dengar di anime atau drama seperti saat bicara dengan teman ya!

 

6. Tidak ada musik saat bekerja

Kontras dengan di Indonesia, di Jepang tidak ada yang mendengarkan musik sambil bekerja. Jika tempat kerjanya adalah hotel, tempat makan, atau tempat yang berhubungan dengan leisure, jelas tersedia musik tapi jenisnya pun disesuaikan dengan tempatnya (jika hotel maka akan dilantunkan musik jazz atau sejenisnya), tapi kalau kamu kerja di kantor tidak akan ada musik, karena para karyawan harus konsentrasi secara maksimal. Konon, musik yang ada lirik lagu di dalamnya disebut-sebut malah mengganggu konsentrasi dan membuat pekerjaan menjadi lebih lamban lho!

 

7. Tidak ada pembedaan pekerjaan

Kerja di Jepang, kita harus siap melakukan apa saja. Melakukan apa saja yang saya maksud disini adalah kita harus bisa melakukan apapun, bahkan pekerjaan yang tidak kita sukai. Jadi, jangan pilih-pilih kerjaan ya, guys! Dengan adanya budaya ini, justru malah membuat mereka tidak meremehkan pekerjaan apapun, karena menurut mereka semua jenis pekerjaan itu sama mulianya.

 

8. Tidak ada cleaning service di kantor

Kalau kamu nantinya bekerja di kantor, jangan kira kalau keadaannnya akan sama dengan di Indonesia ya, guys, karena disana itu serba DIY alias Do It Yourself. Jadi kamu harus bisa membersihkan meja kerjamu sendiri tanpa perlu menunggu dibersihkan oleh cleaning service. Tidak hanya meja kerjamu sendiri, untuk ruangan yang dipakai bersama pun harus langsung dibersihkan sendiri setelah dipakai.

 
Cukup sekian dulu untuk artikel kali ini. Jangan takut untuk kerja di Jepang, karena orang Jepang itu benar-benar baik hati dan selalu peduli dengan karyawannya kok! Semangat!