Berbekal Kemampuan Akademis Terbang ke Jepang

Selamat siang, terima kasih banyak sebelumnya telah meluangkan waktunya untuk kami interview. Kalau boleh tahu, sekarang kak Dewi kuliah di mana?

Saya sebetulnya baru lulus S2 di ITB jurusan Biologi Management. Dulu saya S1 di UNPAD jurusan perikanan tahun 2011.

Oh sudah lulus ya. Biologi Management itu seperti apa sih kak?

Jadi intinya kita belajar bagaimana mengatur/memanage sumber daya hayati. Hehe

Wah hebat ya. Kalau saya nilai biologi bagusnya waktu SMP saja. Hehe. Lalu kenapa dari jurusan kakak ini bisa sampai punya pengalaman pergi ke Jepang? Waktu itu pergi ke Jepang dalam rangka apa kak?

Waktu itu saya bisa pergi ke Jepang melalui program dari kampus ITB. Kampus kami menjalin kerjasama dengan beberapa Universitas yang ada di Jepang, salah satunya Kyoto University. Saat itu ada sosialisasi dari Universitas Kyoto melalui kaprodi. Program tersebut adalah program double degree (Magister of Agriculture Science). Jadi kita kuliah di Jepang selama satu tahun dengan gelar. Kebetulan saat itu jurusan yang membuka kerjasama ini dari jurusan Agriculture Universitas Kyoto.


Berfoto di depan Kyoto University

 

Jadi maksudnya double degree itu selain kita mendapatkan gelar di Indonesia, kita juga mendapatkan gelar “Agriculture” dari Universitas Kyoto Jepang itu ya. Wah hebat. Apa saja sih kak yang harus dipersiapkan sampai bisa pergi ke Jepang?

Iya betul. Untuk bisa jadi perwakilan kampus, tentunya kami diseleksi terlebih dahulu oleh kaprodi dan dipilih dua orang. Awalnya saya juga ragu, karena yang saya pertimbangkan saat itu adalah berapa biaya yang diperlukan untuk kuliah di sana seandainya diterima. Tapi setelah saya dapat informasi tentang bantuan JASSO dan dibantu oleh dosen untuk apply nya, akhirnya untuk biaya kuliah bisa dapat bantuan dari sana. Program tersebut memerlukan persiapan kurang lebih 6 bulan dimulai dari bulan september hingga pengumumannya di bulan maret, kemudian berangkat bulan april. Selama 6 bulan itu pun sebenarnya harus menyusun rencana penelitian, dokumen, dan lainnya.

Beruntung sekali ya bisa dapat bantuan beasiswa. Selama ada di Universitas Kyoto, apa saja aktivitasnya?

Pertama kali tiba di Universitas Kyoto, selama satu minggu kami diajak untuk berkeliling kampus diperkenalkan lab, tempat perkuliahan, dll. Kami juga diajarkan cara naik transportasi seperti bus, kunjungan ke tempat-tempat wisata seperti Fushiminari, dll. Di waktu satu minggu itu kami harus presentasi kepada dosen di sana tentang topik penelitian. Jadi minggu pertama ini benar-benar sibuk dari pagi sampai sore, senin sampai jumat.

Benar-benar sibuk sekali ya. Lalu apakah kesibukan itu terus berlanjut? Apakah kakak juga suka jalan-jalan?

Tidak. Hanya satu minggu di awal saja, setelah itu perkuliahan normal walaupun setiap hari jumat harus membuat research report. Aktivitas perkuliahannya kadang ke lab atau ke lapangan dan belajar bahasa Jepang.

Ya. Saya suka jalan-jalan di antara kesibukan kuliah ke hampir semua tempat wisata di Kyoto saya pernah mengunjunginya. Di kampus ini saya diberi kartu mahasiswa, dan dengan kartu itu bebas biaya masuk tempat wisata tertentu jadi enak banget deh. Hehe

Aktifitas saat di Lab


Biasanya orang asing yang datang ke Jepang disarankan untuk kerja part time. Apakah Kak Dewi juga pernah kerja part time? Dan bagaimana kesannya pertama kali part time?

Ya saya pernah kerja part time di salah satu mini market/konbini sebagai bento packer. Sebenarnya saya sangat terkendala dengan bahasa, tapi saya sangat terkesan dengan orang Jepang yang berusaha memahami saya walaupun banyak menggunakan bahasa Isyarat.

Lalu bagaimana dengan waktu part time nya dan kasih tau dong bocoran berapa gajinya.. hehe

Saya memilih untuk kerja part time selama 10 jam dalam seminggu walaupun sebenarnya bisa ambil lebih. Dan kalau tidak salah, bayarannya 800 yen perjam. Dari kerja itu saya dapat bayaran sekitar 35.000 yen. Uang tersebut cukup untuk membayar apartemen dan lainnya.

Apa sih kendalanya kuliah di sana?

Walaupun perkuliahan dalam bahasa Inggris, tapi tetap saja kendala selama kuliah di sana adalah bahasa karena saya lebih banyak berinteraksi dengan orang Jepang ketika mengadakan party. Selain itu, karena saya muslim sulit juga menemukan makanan halal, sebagai solusinya saya biasa masak sayur dan ikan dan membuat bekal sendiri untuk dibawa ke kampus. Di Kyoto University sebenarnya ada corner makanan halal di main campusnya. Tapi kalau setiap hari harus makan makanan yang sama rasanya bosan. Hehe

Tapi beruntung ya ada halal cornernya, karena tidak semua universitas menyediakan. Hal yang paling berkesan saat pertama kali datang ke Jepang apa?

Yang paling berkesan adalah, semua informasi yang saya dapatkan tentang Jepang baik tentang budayanya, kedisiplinannya, kebersihannya, itu semua terbukti benar setelah saya datang langsung ke sana. Hal ini membuat saya kagum.

Terakhir nih kak, apa pesan-pesannya buat teman すかSUKI yang ingin ke Jepang seperti kakak?

Menurut pengalaman saya, walaupun kita ke Jepang dalam bidang akademik, dan lebih menguasai bahasa Inggris, tapi tetap saja kita harus belajar bahasa Jepang. Karena di sana kita berinteraksi dengan masyarat Jepang, otomatis bahasa menjadi kunci utamanya.

Terima kasih banyak kak Dewi buat pengalamannya! すかSUKI berharap banyak orang Indonesia yang tidak menyerah walaupun tidak bisa bahasa Jepang. Karena masih banyak cara untuk bisa ke Jepang! Gambarimashou!

Pewawancara : Aririn