Wawancara dengan pelajar Indonesia di Jepang

15 3月 2016, 7.57 pm / By : Yasuyuki Miyashita

Pendidikan yang ditempuh : S2, Sekolah Bahasa Jepang
Level JLPT : tidak ada
Pendidikan terakhir di Indonesia : S1
S1 jurusan : Sastra Inggris
Kelamin : Perempuan

 

Akhirnya kita bisa bertemu di Jepang! Terima kasih atas bantuannya waktu di Indonesia. Juga terima kasih telah menyisihkan waktu untuk wawancara kali ini. Langsung saja, sudah berapa lama menjalani kehidupan di Jepang?

Saya datang ke Jepang pada Oktober 2014, jadi kurang lebih sudah 5 bulan (ketika pelaksanaan wawancara). Dengan rencana melanjutkan pendidikan di universitas selama 4 tahun ke depan, tanpa kembali ke Indonesia sampai kelulusan. Ini adalah tantangan bagi saya, dan selama itu saya harus berjuang penuh untuk belajar. Bila sekali saja saya pulang ke Indonesia, mungkin kesiapan hati saya melemah dan tidak bisa kembali ke Jepang. Jadi saya putuskan untuk tidak pulang ke Indonesia. Kalau sudah lulus, barulah saya pulang.

 

Begitu. Anda datang ke Jepang dengan kesiapan hati yang kuat ya. Sekarang sedang menjalani pendidikan apa di Jepang?

Saya mempelajari ilmu politik dan berusaha untuk mendapatkan gelar S2. Kurikulumnya terbagi menjadi 4 tahun, di mana tahun pertama dihabiskan untuk belajar Bahasa Jepang di Sekolah Bahasa Jepang. Saya juga belum memulai penelitian, hanya baru membahas tema penelitian yang ingin dilakukan dengan dosen pembimbing.

Saya masuk kuliah 2 kali dalam seminggu, selesai sebelum siang. Siangnya saya pergi ke Sekolah Bahasa Jepang, dari hari Senin sampai Jum’at. Setiap hari (di Sekolah Bahasa Jepang) ada tes, jadi harus terus belajar.

 

Begitu. Karena Anda bukan dari jurusan Bahasa Jepang ketika S1, setahun belajar di Sekolah Bahasa Jepang ini pasti berguna untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Jepang Anda. Program apa yang anda ikuti untuk melanjutkan pendidikan di Jepang?

Saya membiayai pendidikan saya dengan biaya pribadi. Karena itu Saya harus membayar biaya kuliah dan juga biaya Sekolah Bahasa Jepang sendiri. Tapi pembayaran Sekolah Bahasa Jepang bukanlah per semester melainkan per bulan, hal ini mempermudah karena saya tidak harus membayar sekaligus. Dengan sistem pembayaran ini saya dapat menetap di Jepang dan belajar dengan melakukan kerja paruh waktu.

Menurut teman Saya, biaya pendidikan selama setahun adalah 700.000 yen. Hal yang gawat kalau harus langsung menyediakan uang sebanyak ini.

 

Memang benar. Ketika di Indonesia Saya banyak mendengar bahwa menyiapkan biaya adalah hal yang paling menyulitkan kita ketika ingin pergi ke Jepang. Karena biaya hidup di Jepang (yang mahal). Apa ada mahasiswa Indonesia di Universitas sekarang?

Ada 9 orang mahasiswa Indonesia. 2 orang adalah asisten profesor, lalu ada senior dan teman seangkatan saya. Ada juga yang buka lulusan Sastra Jepang, sama seperti saya.

 

Bagaimana dengan biaya kuliah di Universitas?

Biaya kuliah per tahunnya adalah 120.000 yen. Tapi ada mahasiswa asing yang berkata bahwa biaya kuliahnya adalah 1.160.000 yen. Saya rasa biaya kuliah saya lebih sedikit dikarenakan saya masuk melalui cara khusus.

Alasan mengapa saya bisa kuliah di Jepang adalah karena saya bertemu Sensei saya di Indonesia. Saya bertemu di sebuah event, di mana Sensei berkesempatan hadir. Ketika Saya berkata bahwa saya sudah lulus kuliah, Sensei bertanya, “mau coba belajar di Jepang?”. Setelah itu saya berkesempatan untuk presentasi dan akhirnya bisa pergi ke Jepang. Saya pikir tidak banyak orang yang datang ke Jepang dengan cara seperti ini (tawa).

 

Begitu ya. Walau sekarang masih sedikit, semoga kedepannya bertambah banyak mahasiswa yang dapat studi ke Jepang dengan biaya seperti Anda. Untuk biaya hidup anda bisa melakukan kerja paruh waktu. Sekarang kerja paruh waktu apa yang sedang anda lakukan?

Saya bekerja di Restoran makanan Indonesia di akhir minggu, dan cleaning service di hari kerja. Akhir minggu dari jam 11 pagi sampai jam 10 malam, dengan 2 jam istirahat. Biasanya saya masuk kerja baik hari Sabtu maupun Minggu Untuk Cleaning Service, biasanya saya bekerja di malam hari selama 3 sampai 4 jam.

Pemasukan dari kerja paruh waktu kurang lebih 150.000 yen per bulan. Walaupun harga barang di Jepang mahal, Saya masih bisa menabung dan mengirimkan uang kepada keluarga di Indonesia.

 

Pasti cukup dengan penghasilan sebanyak itu. Ngomong-ngomong, berapa biaya yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari?

Sekarang Saya tinggal satu rumah bertiga, dengan biaya sewa per orangnya 24000 yen. Biaya listrik mungkin sekitar 5000 sampai 10000 yen. Akan jadi lebih mahal di musim dingin.

Biaya makan lebih murah. Saya masak sendiri setiap hari, dengan bahan yang setiap minggu saya beli di toko serba 100 yen di dekat rumah. Misalnya saja, Soba, telur, susu, roti, dan lain sebagainya. Di dekat rumah juga ada toko makanan Halal, Saya pernah beli daging ayam 2 kilo sekaligus. Lalu di Shin-Ookubo juga ada banyak toko makanan Halal, terkadang Saya pergi ke sana.

 

Dengan makan sehari dua kali saja, juga memasak makanan sendiri sangat menekan jumlah pengeluaran ya. Biaya sewa rumah pun juga membantu, di mana masalah paling besar ketika ingin tinggal di Jepang adalah biaya sewa yang mahal.
Pertanyaan selanjutnya, Saya pikir anda pasti mempunyai image tersendiri tentang Jepang sebelum anda datang ke sini. Mungkin ada hal baru yang anda ketahui ketika sudah tinggal di Jepang. Bisakah anda menceritakannya, baik yang positif maupun negatif?

Dari segi positif, saya banyak mengetahui kosa kata baru melalui kerja paruh waktu. Misalnya saja, “Sumimasen, shitsurei shimasu”. Ada juga kata-kata yang tidak boleh digunakan (kepada tamu) seperti “Wakarimashita” dan “Chotto matte kudasai”. Bukan “Nasi goreng desu” tapi “Nasi goreng de gozaimasu”. Harus menggunakan kata-kata sopan kepada tamu yang datang. Saya tidak pernah belajar Bahasa Jepang seperti ini di Indonesia.

Saya juga mencatat hal-hal yang dikatakan oleh manager toko. Awalnya saya kesulitan mengucapkan kata seperti “Oko-sama you no isu wo otsukai ni narimasuka?”, tapi saya merasa ini adalah kesempatan untuk belajar hal baru.

Kata-kata yang digunakan untuk pelanggan berbeda dengan di Indonesia. Indonesia tidak ada perbedaan kata-kata sama sekali, tapi manager mengajari saya dengan tepat. Begitu juga dengan pelayanan. Saya merasa sedikit aneh ketika harus bicara sopan dengan teman saya ketika sedang kerja paruh waktu (tawa). Ini sungguh menjadi pelajaran yang bagus, karena hal seperti ini tidak bisa dipelajari di sekolah.

Saya juga bertemu teman baru di tempat kerja. Banyak orang Indonesia yang bekerja di sini, jadi mungkin peraturan kerja sedikit longgar.

Lalu, bagian kerja saya adalah pelayanan tamu. Terkadang saya harus menjelaskan tentang menu masakan Indonesia kepada pelanggan. Misalnya saja, cara makan mie goreng dan penjelasan tentang masakan Indonesia.

Jam makan siang sangatlah sibuk. Ada saatnya saya melakukan kesalahan, dan sekarang perlahan membiasakan diri. Ketika antrian sangat panjang sampai menjadi waiting list adalah saat yang paling sibuk. Karena hari libur banyak satu keluarga yang datang, bagaimana mengatur tempat duduknya, apa ada anak kecil yang datang, banyak hal yang harus dikerjakan.

Sampai sekarang, Saya pernah 2 kali menumpahkan minuman ke meja pelanggan, untungnya pelanggan itu tidak marah. Untung orangnya baik hati (tawa).

Ngomong-ngomong, Sekolah Bahasa Jepang dapat mencarikan kerja paruh waktu tapi Saya mencari sendiri melalui internet.

 

Banyak yang bisa dipelajari dari kerja paruh waktu ya. Bekerja di tempat makan, apalagi bagian pelayanan tamu pastilah sangat melelahkan. Awalnya pasti kesulitan, tapi hasilnya adalah kemampuan Bahasa Jepang yang meningkat.

Bagaimana dengan segi negatifnya?

Pastinya harga barang yang mahal, juga tiket kereta yang mahal. Saya makan dua kali sehari, jadi setiap minggunya hanya perlu kurang lebih 500 yen untuk makan. Saya tidak pernah makan di luar karena mahal.

Di Jepang banyak peraturan yang harus diikuti, berbeda dengan di Indonesia. Misalnya saja, ketika ingin membeli hp, sebelumnya kita harus mempunyai rekening bank terelebih dahulu. Kita juga harus membuat hanko (stempel nama) untuk mengajukan dokumen alamat tinggal. Banyak sekali yang harus diikuti.

Padahal Saya membeli hp untuk punya nomor kontak, tapi untuk membeli hp kita harus punya nomor kontak terlebih dahulu (tawa). Selain itu diperlukan juga rekening bank, kartu pelajar, hanko, dan alamat rumah. Saya terkejut karena biasanya nomor kontak yang kita pakai hanya satu, dan diperlukannya kontrak untuk membeli hp, belum lagi hal ini memakan waktu cukup lama. Hanya untuk membeli hp saja, saya harus pindah lantai (kamar). Sangat berbeda dengan di Indonesia di mana kita langsung bisa membeli hp dan memilih nomor kontak.

Untuk membuat rekening bank di kantor pos, saya menggunakan nomor kontak milik teman saya. Nantinya tinggal diganti menggunakan nomor hp saya. Ditambah dengan hanko dan tanda pengenal, jadilah rekening bank. Bank-bank besar seperti Mitsubishi-Tokyo UFJ atau Mitsui Sumitomo tidak memperkenankan pembuatan rekening bank baru kecuali kita sudah tinggal di Jepang lebih dari 6 bulan.

 

Benar juga. Hal-hal wajar di Jepang belum tentu sama dengan di luar negeri. Peraturan ini mungkin kurang menanggapi orang asing dengan baik.
Selain hal itu, apa ada lagi hal-hal lain yang anda rasakan atau pikirkan?

Saya paling terkejut dengan keadaan kereta. Saya selesai kerja sekitar jam setengah 11 malam, memerlukan waktu satu setengah jam untuk pulang ke rumah. Sekali ganti kereta di stasiun Shibuya. Setiap sabtu malam kereta penuh penumpang sampai tidak bisa bergerak.

Ada orang yang tidur di lantai, tidak hanya di kursi kereta. Terkadang Saya juga melihat orang tidur di stasiun, padahal cuaca sangat dingin. Ada orang yang harus dibantu oleh petugas stasiun, bahkan di stasiun dekat rumah pun keadaannya sama. Orang mabuk itu menarik ya (tawa).

Lalu Saya tidak kenal dengan tetangga Saya, bertemu pun tidak saling sapa. Tapi pengawas bangunan sering menyapa saya, paman yang baik (tawa).

Sekarang juga beredar berita negatif tentang Agama Islam. Teman-teman bertanya “Kamu Islam dari negara mana?”, Saya merasa bahwa image Agama Islam menjadi buruk. Ada teman (Indonesia) yang sampai menghubungi saya karena khawatir, tapi Saya tetap memakai Jilbab sehari-hari tanpa ada masalah. Mungkin waktu naik kereta banyak yang melihat ke arah Saya, tapi tidak ada hal buruk yang terjadi. Hanya saja, ketika Saya duduk di kereta tidak ada orang yang mau duduk disebelah saya. Karena itu, Saya berjuang untuk menguasai Bahasa Jepang dan suatu saat akan menjelaskan Islam yang benar kepada mereka. Dengan kejadian ini juga, Saya sangat merasakan bahwa Jepang adalah negara yang aman.

 

Saya juga malu dengan orang-orang mabuk… Saya sudah jarang minum sejak pergi ke Indonesia. Tidak baik minum sampai menjadi seperti itu (mabuk). Saya juga merasakan kurangnya hubungan antar tetangga di Jepang ketika berada di Indonesia. Orang Indonesia itu dengan santai menyapa orang yang tidak dikenal ya (tawa)

Ada juga hal-hal baik. Saya disuruh untuk melepas jilbab ketika melakukan tugas cleaning service, tapi saya tahu ada kemungkinan wajah saya akan terekam di CCTV. Saya harus menjelaskan kenapa saya harus tetap menggunakan jilbab di waktu kerja. Lalu Saya menjelaskan, “Kalau memakai jilbab, rambut saya tidak akan ada yang jatuh.” Alasan yang langsung diterima (tawa). Di restoran juga sama, karena memakai jilbab tidak ada rambut yang jatuh ke makanan. Bila ada, saya bisa berkata bahwa itu bukan rambut milik saya.

Saya juga senang karena di universitas ada tempat untuk Sholat. Jika tidak ada saya sering Sholat di tangga atau tempat yang tidak ada orangnya.

 

Alasan yang tepat untuk bisa memakai jilbab! Anda juga hebat dapat menjelaskan hal itu dalam Bahasa Jepang. Memang dalam bisnis cleaning sevice dan makanan, sehelai rambut dapat berujung dengan keluhan pelanggan.
Juga, masih sedikit daerah di Jepang yang mempunyai Masjid. Dengan bertambahnya jumlah turis, diharapkan fasilitas pun bertambah banyak.

Sekarang anda datang ke jepang untuk belajar, tapi apa Anda mempunya cita-cita atau tujuan ke depannya?

Cita-cita dan pekerjaan yang paling ingin saya lakukan adalah dosen universitas. Pastinya di Indonesia ada dosen-dosen yang hebat, tapi jumlahnya masih sedikit. Hal yang ingin saya ajarkan adalah budaya politik.

Jika tidak bisa menjadi dosen, Saya tertarik untuk bekerja di kedutaan baik di Indonesia maupun Jepang. Melalui ini, Saya ingin menyebarluaskan kebudayaan Indonesia ke seluruh dunia. Misalnya saja, tarian dan upacara pernikahan. Sekarang saya sedang tertarik dengan keris (pedang pedek Indonesia), juga pedang Jepang dan Bushido. Sebelumnya saya tidak tahu apa itu Harakiri, sekarang jadi tahu (tawa).

 

Selama 4 tahun anda akan tinggal di Jepang, pasti banyak kesempatan untuk belajar Bahasa Jepang, budaya, cara pikir, dan kebiasaan di Jepang. Ayo wujudkan cita-citamu dan ajarkanlah tentang Jepang di Indonesia.
Terakhir, berikan pesan kepada pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan di Jepang.

Untuk pergi ke Jepang, mudah bagi yang berpikir itu mudah, dan sulit untuk yang berpikir itu adahal hal yang sulit. Jika anda pikir suatu hal itu menarik, maka hal itu akan benar-benar menjadi menarik. Banyak hal yang sangat susah untuk dikabulkan, karena itu mari berpikir positif. Banyak hal baik maupun buruk ketika tinggal di Jepang, tapi hal ini juga sama di negara manapun.

 

Sangat penting untuk berpikir positif! Mari lanjutkan sikap positif itu untuk kedepannya. Terima kasih atas waktunya hari ini.

Related Post

Leave your comment