Upah Minimum

【Upah Minimum】
Jepang memiliki kebijakan upah minimum, di mana kebijakan ini diatur dalamUndang-Undang Upah Minimum. Mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam undang-undang ini, perusahaan harus membayar upah minimum kepada pekerjanya. Jika tidak mematuhi peraturan ini, maka perusahaan akan melanggar undang-undang. Undang-undang ini mencakup semua umur dan nasionalitas, serta mencakup pekerja paruh waktu.

 

【Jenis Upah Minimum】
Ada 2 jenis upah minimum. Pertama, upah minimum yang ditetapkan di setiap perfektur. Kedua, upah minimum yang ditetapkan untuk suatu pekerjaaan tertentu. Secara umum, upah minimum yang harus diketahui adalah upah minimum di setiap perfektur.

 

【Upah Minimum Setiap Perfektur】
Ketetapan upah minimum selalu direvisi pada bulan Oktober setiap tahunnya. Upah minimum setiap perfektur per bulan Oktober 2016 adalah sebagai berikut.

Nomor / Nama Perfektur / Upah Minimum(Yen) Per Jam
1. Hokkaido 786
2. Aomori 716
3. Iwate 716
4. Miyagi 748
5. Akita 716
6. Yamagata 717
7. Fukushima 726
8. Ibaraki 771
9. Tochigi 775
10. Gunma 759
11. Saitama 845
12. Chiba 842
13. Tokyo 932
14. Kanagawa 930
15. Niigata 753
16. Toyama 770
17. Ishikawa 757
18. Fukui 754
19. Yamanashi 759
20. Nagano 770
21. Gifu 776
22. Shizuok 807
23. Aichi 845
24. Mie 795
25. Shiga 788
26. Kyoto 831
27. Osaka 883
28. Hyogo 819
29. Nara 762
30. Wakayama 753
31. Tottori 715
32. Shimane 718
33. Okayama 757
34. Hiroshima 793
35. Yamaguchi 753
36. Tokushima 716
37. Kagawa 742
38. Ehime 717
39. Kochi 715
40. Fukuoka 765
41. Saga 715
42. Nagasak 715
43. Kumamoto 715
44. Oita 715
45. Miyazaki 714
46. Kagoshima 715
47. Okinawa 714

 

【PerbandinganUpah Minimum dan Gaji】
Teman-teman dapat memastikan apakah gaji teman-teman telah sesuai dengan upah minimum menggunakan cara berikut.

Gaji hitungan per jam -> membandingkan antara upah per jam yang diterima dengan upah minimum

Gaji hitungan per hari -> membandingkan upah minimum dengan gaji harian yang dibagi jam kerja rata-rata per hari

Gaji hitungan per bulan ->membandingkan upah minimum dengan gaji per bulan yang dibagi jam kerja rata-rata per bulan

Jangan ragu untuk menghubungi すかSUKI jika ada pertanyaan atau hal yang kurang jelas.

○Pamflet Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang
http://www.mhlw.go.jp/file/06-Seisakujouhou-11200000-Roudoukijunkyoku/H28_saiteichinginpamphlet.pdf

Wawancara dengan Pekerja Magang di Jepang yang Sudah Kembali ke Indonesia(1)

Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Jenis pekerjaan : Pengelasan
Pengalaman studi di luar negeri : Tidak ada
Level JLPT : N2

Selamat siang. Kali ini adalah kali pertama kami mewawancarai seorang pekerja magang yang sudah kembali ke Indonesia. Saat ini Jepang sudah mulai menerima pekerja magang sebagai perawat, oleh karena itu pastinya jumlah orang yang ingin ke Jepang akan semakin bertambah. Namun sayangnya, informasi tentang kehidupan seorang pemagang masih sedikit. Karena itu, mulai saat ini kami akan mewawancarai para pekerja magang yang sudah kembali ke Indonesia dan membagi pengalaman mereka kepada teman-teman すかSUKI.
Kapan Anda pergi ke Jepang? Lalu, mengapa Anda memilih untuk kerja magang di Jepang?

Saya tiba di Jepang pada tanggal 28 Agustus 2013. Alasan saya ingin pergi ke Jepang adalah karena di universitas saya tidak ada program untuk pergi ke Jepang. Saat saya mencari cara agar bisa pergi ke Jepang, saya menemukan program pelatihan magang di Jepang. Sejak awal saya memang tertarik untuk belajar tentang budaya, teknologi, dan cara kerja orang Jepang, karena itu saya putuskan untuk kerja magang di Jepang.

 

Saya senang Anda ingin belajar mengenai teknologi di Jepang. Anda melakukan pekerjaan “pengelasan” sewaktu berada di Jepang, mengapa Anda memilih untuk melakukan pekerjaan ini.

Saya berniat melakukan pekerjaan apapun, asalkan bisa belajar teknologi di Jepang. Karena itu, saya tidak mengharapkan suatu bidang pekerjaan tertentu, namun berdasarkan hasil, akhirnya saya dipekerjakan di bidang “pengelasan”.

 

Di Indonesia, seharusnya ada pelatihan oleh lembaga penanggung jawab sebelum para pekerja magang diberangkatkan ke Jepang. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk lembaga tersebut?

Saya tidak perlu membayar apapun. Saya mencari lembaga magang sendiri, mendaftar, diseleksi, dan lulus seleksi tersebut. Sewaktu seleksi, ada pemeriksaan seperti memakai anting atau tidak, tato, atau juga alergi. Lalu ada juga tes matematika dan tes kemampuan fisik seperti push-up serta lari 3 km dalam 15 menit. Ada juga tes bahasa Jepang.

 

Ternyata ada juga ya cara untuk bisa kerja magang di Jepang tanpa mengeluarkan uang! Saya baru tahu, jadi perlu belajar lagi nih tentang ketentuan-ketentuannya. Seperti apa pelatihan yang Anda terima sebelum pergi ke Jepang?

Selama 2 bulan pertama kami belajar tentang bahasa, budaya, serta hal-hal yang berhubungan dengan bekerja di Jepang. Setelah itu ada tes, dan yang tidak lulus tes ini tidak diperbolehkan untuk mengambil pelatihan selanjutnya. Setelah itu, kami pindah ke tempat pelatihan lain dan melanjutkan pelatihan lagi selama 2 bulan. Di sini kami di tes setiap hari, harus olahraga dari jam 4.30 pagi, serta mulai belajar dari jam 5 pagi. Sangat melelahkan.

 

Dari jam 4.30 ya. Orang Indonesia memang banyak yang bangun pagi, tapi Anda harus belajar dari pagi sampai sore ya. Jadwalnya benar-benar padat.
Sepertinya Anda memang tertarik dengan Jepang. Apa kesan Anda terhadap Jepang sebelum pergi ke sana?

Saya rasa Jepang adalah negara yang sangat bagus. Seperti yang saya sampaikan tadi, saya tertarik dengan teknologi Jepang dan ingin mempelajarinya. Saya juga senang dengan adanya berbagai musim. Kita bisa menikmati sakura di musim semi, maple di musim gugur, dan salju di musim dingin. Saya juga tertarik dengan budaya Jepang seperti tarian dan pentas, upacara minum teh, serta kaligrafi.

 

Sebagai orang Jepang, saya senang Anda memiliki ketertarikan dengan Jepang secara luas, bukan hanya tentang pekerjaan saja tapi juga budaya Jepang. Setelah Anda tiba di Jepang, apakah kesan Anda berubah?

Ketika mulai tinggal di Jepang, saya terkejut dengan teknologi toilet yang ada. Saya bahkan dulu tidak mengerti cara menggunakan washlet (tawa). Banyak sekali tombolnya, dan penjelasannya menggunakan kanji yang tidak bisa saya baca. Saya pernah menekan tombol yang salah dan akhirnya membuat baju saya basah (tawa).
Lalu, sebelum pergi ke Jepang saya mengira saya akan tinggal di kota dengan banyak bangunan tinggi. Ternyata saya tinggal di desa yang dikelilingi pegunungan, sangat berbeda dengan kehidupan di kota.

 

Saya tidak pernah melihat washlet di Indonesia, jadi mungkin orang Indonesia tidak mengerti cara penggunaannya. Gawat sekali sampai bajunya basah (tawa)
Apakah ada kesan lain yang Anda rasakan ketika tinggal di Jepang?

Berhubungan dengan pekerjaan, pada awalnya saya kira “pengelasan” itu adalah pekerjaan yang sering dilakukan di pinggir jalan seperti di Indonesia. Tetapi, ketika pergi ke pabrik di Jepang, ukuran besinya sangat berbeda. “Pengelasan” yang kami lakukan adalah pengelasan besi sebesar 1 ton, 2 ton, dan 6 ton. Waktu pertama kali saya melihat besi-besi ini, saya sempat merasa saya ingin pulang (tawa).
Selain itu, saya membayangkan apartemen tempat saya tinggal akan seperti di drama-dram Jepang yang sering saya lihat. Ternyata berbeda karena kamar saya tidak ada toiletnya. Kamar saya ada di lantai 3 dan toilet ada di lantai 1. Dapur dan shower pun ada di luar kamar. Saya sedikit kecewa.

 

Mengelas besi yang sangat besar ya. Saya sendiri tidak pernah masuk ke pabrik pengelasan, sehingga tidak bisa membayangkannya. Apartemennya sama seperti share house dan hanya disediakan kamar tidur saja ya. Kalau tidak ada toilet di dalam kamar memang repot.
Pasti ada banyak hal yang terjadi selama tinggal di Jepang. Apakah ada masalah yang Anda alami ketika tinggal di Jepang?

Ada. Pada 3 bulan pertama saya mengalami kesulitan dengan bahasa Jepang. Saya sudah belajar bahasa Jepang di universitas dan juga mendapatkan pelatihan bahasa Jepang, tetapi tetap saja kemampuan berbahasa saya masih kurang. Logat yang digunakan sulit dan tidak bisa saya mengerti. Sebelum terbiasa, saya juga tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik sehingga saya harus bekerja sambil dimarahi setiap harinya.




“Pengelasan” besi sebesar itu, orang Jepang pun pasti pada awalnya tidak bisa. Ada juga daerah yang logatnya tidak dimengeri sesama orang Jepang. Bagi orang asing pasti susah sekali.

Lalu, saya kesulitan karena tidak mengerti cara membaca jadwal kereta. Pernah juga, saya tidak tahu harus turun di stasiun mana dan akhirnya terus naik sampai pemberhentian terakhir. Seharusnya saya turun di stasiun lain dan lanjut dengan menggunakan bus…
Lalu ada juga masalah makanan. Saya beragama Muslim dan tidak bisa makan babi. Kalau tertulis kata-kata babi saya bisa langsung tahu, tapi kalau tidak tertulis, saya jadi tidak tahu apakah makanan ini mengandung babi atau tidak. Saya pernah memakan masakan yang mengandung gelatin karena tidak tahu.

 

Ketika perlu ganti naik bus, ada kemungkinan Anda harus bertanya langsung kepada orang Jepang. Hal ini akan sulit dilakukan ketika Anda tidak bisa berbahasa Jepang. Masalah makanan juga sama. Dengan bertambahnya wisatawan, jumlah toko yang menyediakan makanan halal juga bertambah. Tapi mungkin tidak ada desa yang membuka toko makanan halal.
Pasti bagus jika lembaga atau pengawas, bisa juga perusahaan yang mempekerjakan untuk memberikan penjelasan mengenai makanan-makanan yang kemungkinan mengandung babi. Tapi saya rasa implementasinya akan sulit.
Dari cerita Anda, sepertinya banyak masalah yang terjadi selama tinggal di Jepang. Pada saat itu, dengan siapakah Anda berkonsultasi?

Biasanya saya konsultasi dengan senior orang Indonesia. Kalau masalah tidak bisa diselesaikan sendiri, saya mencoba berkonsultasi dengan penanggung jawab pekerja Indonesia di perusahaan.

 

Ketika kerja magang, jika Anda bukan yang diterima pertama kali, pasti akan banyak senior-senior sebelum Anda. Enak kalau bisa bertanya banyak hal kepada kakak senior.
Interview ini kita laksanakan di Indonesia. Sejak kapan Anda kembali ke Indonesia? Dan apa alasan Anda kembali ke Indonesia?

Saya kembali pada bulan Agustus 2016. Saya kembali ke Indonesia karena jangka waktu kerja magang selama 3 tahun sudah habis. Saya tidak pernah kembali ke Indonesia selama magang, jadi sesuai rencana awal saya terus berada di Jepang selama 3 tahun.

 

Begitu ya. Anda bekerja selama 3 tahun dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk belajar bahasa Jepang sampai Anda bisa menjalani interview dalam bahasa Jepang. Sunggu luar biasa. Kalau boleh, saya ingin bertanya tentang kehidupan Anda di Jepang.
Berapa kira-kira biaya kehidupan di Jepang?

Saya tinggal di satu apartemen berisi 18 orang yang disewa oleh perusahaan di perfektur Okayama. Satu kamar satu orang dengan 3 toilet dan 2 shower di lantai 1. Tidak ada toilet atau shower di kamar. Biaya sewa kamar adalah 15.000 yen (sekitar Rp 1.700.000) per bulannya, sudah termasuk biaya air, listrik, dan gas.

 

Seperti share house ya. Bagaimana dengan makanan

Saya biasanya membuat makanan sendiri untuk makan pagi dan malam. Perusahaan membagikan bekal gratis untuk makan siang. Lalu, sebagai pelepas stres, seminggu sekali saya makan di luar bersama pekerja magang lainnya atau juga bersama guru bahasa Jepang.

 

Saya rasa kehidupan di Jepang itu berat, jadi pasti pelepas stres itu penting! Apakah ada biaya lain yang dikeluarkan?

Saya membeli 2 telepon genggam Jepang, dengan biaya 1.500 yen (sekitar Rp 170.000) per bulannya. Asrama memiliki wi-fi, sehingga saya jarang menggunakan telepon, dan biaya yang dikeluarkan jadi murah. Setiap 3 bulan sekali saya membeli baju dan sepatu baru. Jika dirata-rata, kurang lebih saya menggunakan 10.000 yen (sekitar Rp 1.200.000) per bulannya. Terutama karena musim gugur dan dingin itu cuacanya dingin, saya jadi banyak membeli baju. Harga baju pada musim-musim itu terasa mahal.

 

Kalau di Indonesia kita bisa tinggal tanpa perlu membeli banyak baju ya. Baju musim dingin memang mahal, saya mengerti perasaan Anda.
Anda bekerja di Jepang selama 3 tahun. Bagaimana jadwal kegiatan Anda sehari-hari?

Saya bekerja dari hari Senin sampai Jum’at, dari jam 7.50 – 17.00. Tapi pada dasarnya ada jam lembur sebanyak 2 jam setiap hari. Ketika sibuk, saya pernah lembur sampai jam 22.00 malam. Dan lagi, ketika dapat shift malam, saya harus bekerja dari jam 16:00 sore sampai jam 01:00 atau 03:00 pagi. Selain itu, terkadang saya harus bekerja di hari Sabtu. Ada juga orang yang harus bekerja di hari Minggu.

 

Sibuk sekali sampai harus lembur setiap hari dan bekerja di hari libur. Ketika libur pastinya Anda ingin menyegarkan diri. Apa yang Anda lakukan pada hari libur?

Pada hari Minggu, pagi hari saya bersih-bersih, setelah istirahat sebentar saya pergi berbelanja di siang harinya. Karena saya tinggal di desa, dari apartemen ke stasiun memerlukan waktu 30 menit dengan sepeda. Naik keretanya hanya 5 menit, tapi setelah itu saya harus berjalan dari stasiun ke supermarket selama 15 menit. Tempat untuk berbelanja sangatlah jauh. Apalagi ketika musim dingin, sangat merepotkan. Karena itu, sebisa mungkin saya minta diantarkan dengan mobil orang Jepang.
Selain itu, saya berkumpul dan mengobrol dengan pekerja magang lainnya, bermain game, serta karaoke di kamar. Sangat jarang bisa jalan keluar bersama-sama.
Dengan bantuan dari perusahaan, ada kelas bahasa Jepang sekali seminggu. Tetapi karena peserta lain tidak terlalu pintar berbahasa Jepang, saya merasa kelas ini tidak terlalu berguna bagi saya. Karena itu, saya memilih untuk ikut kelas bahasa Jepang yang diadakan oleh volunteer setiap hari minggu. Bukan hanya belajar bahasa Jepang, di kelas ini saya bisa jalan-jalan dan makan bersama orang Jepang. Saya juga bisa berteman dengan orang Tiongkok, Vietnam, Thailand, dan Kanada yang ikut dalam kelas ini.

 

Semangat belajar yang sangat tinggi, sampai aktif ikut kelas yang tidak disediakan oleh perusahaan. Anda sangat hebat karena bisa belajar dengan sungguh-sungguh. Berteman dengan orang di luar lingkungan perusahaan juga sangat penting. Ngomong-ngomong, apakah ada orang berkebangsaan lain di perusahaan?

Ada. Selain orang Indonesia ada orang Vietnam, Brazil, Chile, Bolivia, dan Peru.

 

Banyak orang dari Amerika Latin ya. Interview kali ini membuat saya merasa bahwa banyak sekali orang luar negeri yang bekerja di Jepang.
Selain hari libur biasa, apakah Anda pernah mendapatkan libur panjang?

Pernah. Saya jalan-jalan ke tempat yang jauh ketika libur panjang Golden Week, libur musim panas, dan musim dingin. Saya pergi ke Tokyo naik bus, juga pernah ke Nagano naik shinkansen untuk bermain ski. Saya juga pernah pergi ke Hiroshima dan Tottori.

 

Ngomong-ngomong, apakah ada kesulitan yang berhubungan dengan pekerjaan?

Ada beberapa hal. Misalnya, jumlah gaji yang diberikan perusahaan kurang lebih sama dengan yang pernah diberitahukan, hanya kurang 1.000 yen (sekitar Rp 120.000). Karena penasaran, saya berkonsultasi dengan pengawas. Ternyata 1.000 yen tadi telah dipotong untuk pesta perusahaan. Ada juga saat di mana gaji saya berkurang karena adanya perubahan peraturan pajak.
Saya juga pernah berkonsultasi dengan pengawas karena menurut perusahaan cuti hanya bisa digunakan ketika sakit. Saya selalu berkonsultasi dengan pengawas, seperti misalnya ketika saya merasa upah lembur saya kurang.

 

Begitu ya. Ternyata memang tidak semua hal dijelaskan terlebih dahulu. Kontrak bisa terus dilindungi kalau pengawas men-support para pekerja magang dengan baik. Syukurlah Anda bisa berkonsultasi langsung dengan pengawas. Saya khawatir karena ada juga orang yang tidak bisa berkonsultasi langsung dan kesulitan.
Ngomong-ngomong, apa ada hal yang ingin Anda ketahui sebelum Anda berangkat ke Jepang?

Kalau bisa, dari awal saya ingin tahu saya akan bekerja di mana nantinya. Saya sempat diberitahu ketika pelatihan, tapi saya tidak tahu seperti apa pabrik dan pekerjaan yang akan saya lakukan. Saya belum pernah bekerja di Indonesia, karena itu saya tidak punya bayangan sama sekali.

 

Pasti semua ingin tahu tempat kerjanya nanti. Kalau tahu, pasti Anda tidak terkejut dengan pabrik dan pekerjaan yang akan Anda lakukan.
Terima kasih telah berbagi banyak hal-hal penting dalam interview pada hari ini. Sebentar lagi kita akan sampai pada pertanyaan terakhir. Apakah Anda mempunyai keinginan untuk kembali ke Jepang? Jika ingin, apa tujuan Anda kembali ke Jepang?

Iya, saya ingin kembali ke Jepang. Kalau bisa, saya ingin pergi dan melanjutkan studi di Jepang. Saya sudah tinggal di sana selama 3 tahun, tapi saya ingin melakukan hal-hal yang belum saya lakukan di sana. Saya ingin lebih belajar bahasa Jepang di sana, pergi ke banyak tempat, dan belajar lebih dalam tentang teknologi Jepang. Misalnya, teknologi dan tekhnik yang berhubungan dengan pengelasan seperti pemotongan, pembukaan lubang, dan juga pendirian bangunan.

 

Sebagai orang Jepang, saya senang jika Anda ingin sekali lagi pergi ke Jepang. Terima kasih banyak. Terakhir, mohon berikan satu atau dua patah kata kepada teman-teman yang ingin kerja magang di Jepang, para pembelajar bahasa Jepang, dan juga orang-orang yang ingin tinggal di Jepang.

Saya ingin menceritakan pengalaman saya ketika di Jepang kepada banyak orang. Saya juga ingin bisa men-support teman-teman yang ingin pergi ataupun memiliki ketertarikan dengan Jepang.

 

Demikian interview kali ini. Jumlah pekerja di Jepang semakin menurun dikarenakan penurunan jumlah populasi dan berkurangnya angka kelahiran. Jepang memerlukan bantuan dan kekuatan dari teman-teman luar negeri. Kami berharap hasil interview kali ini dapat berguna untuk teman-teman yang ingin pergi ke Jepang. Terima kasih atas kerja samanya!

Wisata di Jepang dengan Google Maps

Teman-teman すかSUKI, apakah ada di antara teman-teman yang berencana untuk pergi ke Jepang? Jika iya, mungkin ada teman-teman yang khawatir dengan masalah yang sering terjadi ketika berwisata, misalnya saja bingung mencari tempat makan yang enak, memastikan waktu beribadah yang tepat untuk yang beragama Muslim, atau juga takut salah naik kereta.

Teman-teman tidak perlu khawatir, karena banyak aplikasi telepon genggam yang bisa teman-teman download dan gunakan untuk mengantisipasi masalah-masalah ketika berwisata. Salah satu aplikasi yang sangat membantu ketika berwisata di Jepang adalah Google Maps!

Semua pasti tahu aplikasi yang satu ini. Sesuai namanya, Google Maps adalah aplikasi yang bisa menyediakan peta bagi kita yang sedang bepergian. Google Maps akan menjadi teman setia ketika teman-teman berwisata di Jepang. Karena selain bisa menunjukkan jalan, Google Maps juga dapat membantukalian yang ingin berwisata dengan menggunakan kereta. Kali ini すかSUKI akan menjelaskan cara menggunakan Google Maps untuk naik kereta.

Sebelum itu, ada beberapa hal yang harus teman-teman perhatikan ketika menggunakan Google Maps, yaitu:
① Asal dan Tempat tujuan
Teman-teman harus tahu asal dan tempat yang ingin teman-teman tuju. Untuk asal, cara paling cepat adalah memasukkan nama stasiun kereta tempat teman-teman berada sekarang. Jika teman-temanmemiliki koneksi internet, kalian cukup menyalakan GPS di telepon genggammu.
Untuk tempat tujuan, teman-teman cukup memasukkan nama tempat yang ingin dituju. Bisa nama kota atau juga toko yang dituju. Google Maps akan mencari stasiun terdekat dengan tempat tujuan secara otomatis.

② Penulisan Nama Tempat
Salah satu kelebihan Google Maps adalah teman-teman tidak perlu menuliskan nama stasiun atau nama tempat dalam bahasa Jepang. Teman-teman cukup menuliskan nama tempat dengan alphabet.

③ Mudah untuk dimengerti
Google Maps adalah salah satu aplikasi penunjuk jalan termudah yang ada. Ketika menggunakan Google Maps untuk naik kereta, Google Maps akan menunjukkan jalur kereta yang harus kita naiki dalam bahasa Inggris dan Jepang, apakah kita harus ganti kereta atau tidak, serta waktu juga biaya yang kita perlukan untuk sampai di tujuan.

④ Koneksi Internet
Semua aplikasi penunjuk jalan biasanya memerlukan koneksi internet, termasuk juga Google Maps.
Ketika di Jepang, teman-teman dapat menuju convenience store terdekat seperti 7 Eleven dan Family Mart untuk menggunakan koneksi internet secara gratis. Jangan lupa untuk menge-save hasil pencarian teman-teman di Google Maps, agar bisa dibuka sewaktu-waktu walau tidak ada koneksi internet di sekitarmu.
Sekarang, mari kita praktek menggunakan Google Maps. Sekaran teman-teman ada kota Nara, Perfektur Nara dan ingin pergi ke Kastil Osaka yang ada di Perfektur Osaka.

【Gambar 1: Google Maps】

Pertama-tama, teman-teman tentunya harus memiliki aplikasi Google Maps. Google Maps sudah terinstall secara otomatis di telepon genggam tipe Android. Untuk iPhone, teman-teman bisa langsung mendownloadnya di App Store.

Setelah teman-teman membuka Google Maps, akan muncul tampilan seperti gambar di atas. Untuk mencari kereta yang tepat, teman-teman tinggal klik “GO” dan memasukkan “Starting Point” atau asal dan “Destination Point” atau tujuan.

Kali ini kita coba untuk memasukkan “Kintetsu-Nara Station” sebagai Starting Point dan “Osaka Castle” sebagai Destination Point. Jangan lupa juga untuk memilih icon kereta yang ada di bawah Destination Point.

【Gambar 2: Masukkan Starting Point dan Destination Point】

Setelah memasukkan “Kintetsu-Nara Stasion” dan “Osaka Castle”, akan muncul daftar kereta dengan jangka waktu tercepat untuk sampai di tujuan. Hal ini bisa diatur dalam pilihan “OPTIONS”, di mana teman-teman bisa memilih agar Google Maps menunjukkan jalur dengan perpindahan kereta paling sedikit atau jarak berjalan kaki yang sedikit.

Dalam pilihan pertama, ditunjukkan bahwa diperlukan waktu 1 jam 4 menit dengan biaya 760 yen untuk menaiki kereta dari Kintetsu-Nara Stasion yang berangkat pada pukul 11:43.

【Gambar 3: Naik kereta dengan Google Maps】

Jika kita memilih pilihan pertama tadi, maka akan muncul penjelasan detail seperti Gambar di atas. Dari Kintetsu-Nara Stasion, teman-teman harus naik “Kintetsu-Nara Line” atau 急行(kyuuko, kereta ekspres) dengan tujuan Osaka-Namba. Setelah sampai di “Ikoma Station”, teman-teman harus turun dan ganti kereta. Teman-teman harus naik kereta di Ikoma Station, yaitu “Kintetsu-Keihanna Line” atau 各停(kakutei, kereta berhenti setiap stasiun) tujuan Cosmo Square yang ada di Platform 2.

Dari situ teman-teman akan ganti jalur kereta di “Nagata Stasion” menjadi “Chuo Line”. Tetapi teman-teman tidak perlu ganti kereta, karena disitu tertulis “Remain on board” atau tetap naik kereta yang sama. Untuk menuju Osaka Castle, teman-teman harus turun di “Morinomiya Station” dan berjalan ke tempat tujuan.

Ketika ingin pulang, cara tercepat adalah naik kereta yang sama ketika teman-teman berangkat. Karena itu, sangat disarankan untuk mengingat-ingat jalur kereta mana yang tadi kalian naiki. Atau teman-teman juga bisa menge-save hasil pencarian dengan Google Maps yang tadidilakukan, dan membukanya lagi ketika ingin pulang untuk kembali dengan kereta yang sama.

Apakah artikel kali ini dapat membantu teman-teman? Untuk selanjutnya, すかSUKI akan terus menyediakan artikel yang dapat membantu lancarnya kegiatan teman-teman di Jepang. Jika ada pertanyaan dan saran, jangan ragu untuk menghubungi kami, ya!