Ringkasan Laporan “Keadaan Pekerja Asing di Jepang” Per Akhir Oktober 2023

Diantara teman-teman yang membaca artikel すかSUKI, mungkin banyak juga yang ingin bekerja di Jepang. Untuk itu artikel kali ini kami akan memperkenalkan pada kalian data tentang pekerja asing yang bekerja di Jepang berdasarkan data yang dipublikasikan pada bulan Januari 2023.

Jumlah pekerja asing di Jepang masih akan terus bertambah

Jumlah pekerja asing di Jepang mencapai rekor tertinggi dengan 2,048,675 orang, menandakan peningkatan terus menerus sejak 2007. Banyaknya pekerja asing di Jepang diharapkan akan terus bertambah.

Orang dari negara mana yang paling banyak?

Kebangsaan pekerja asing di Jepang adalah sebagai berikut, dengan persentase dari total jumlah pekerja:
1. Vietnam: 518,364 orang (25.3%)
2. China: 397,918 orang (19.4%)
3. Filipina: 226,846 orang (11.1%)

Indonesia menempati posisi keenam dengan jumlah 121,507 orang, menyumbang 5.9% dari total. Jumlah ini meningkat sebesar 56.0% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Mengingat populasi besar Indonesia dan banyaknya orang yang ingin datang ke Jepang, ada kemungkinan jumlahnya akan naik ke posisi keempat di tahun berikutnya.

Mereka tinggal dengan visa apa?

Urutan status tinggal adalah sebagai berikut, dengan persentase dari total jumlah:
1. Status izin tinggal berdasarkan keadaan pribadi atau posisi: 615,934 orang (30.1%)
2. Insinyur atau Teknisi/Spesialis Kemanusiaan/Layanan internasional: 595,904 orang (29.1%)
3. Pelatihan Teknis Magang: 412,501 orang (20.1%)

Dari tiga kualifikasi teratas, “Insinyur atau Teknisi/Spesialis Kemanusiaan/Layanan internasional” dan “Pelatihan Teknis Magang” telah mengalami peningkatan jumlah yang signifikan dibandingkan tahun lalu. Akibatnya, dapat dilihat bahwa jumlah pekerja asing di Jepang meningkat.

Orang banyak bekerja di mana?

Tempat dengan jumlah pekerja paling banyak adalah sebagai berikut, dengan persentase dari total jumlah:
1. Tokyo: 542,992 orang (26.5%)
2. Aichi: 210,159 orang (10.3%)
3. Osaka: 146,384 orang (7.1%)

Di Tokyo, status tinggal untuk bidang spesialisasi profesional dan teknis mendominasi dengan 212,603 orang (39.2%). Di Aichi, program pelatihan keahlian adalah yang terbanyak di Jepang dengan 38,887 orang (16.6%). Sedangkan di Osaka, aktivitas di luar kualifikasi menempati posisi kedua terbanyak di Jepang setelah Tokyo, dengan 37,689 orang (25.7%).

Bagi teman-teman yang punya rencana bekerja di Jepang bisa cek link berikut.
【Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan】
Ringkasan Laporan “Keadaan Pekerja Asing di Jepang” Per Akhir Oktober 2023
https://www.mhlw.go.jp/stf/newpage_37084.html


Petunjuk

すかSUKI memulai dengan visi “Dukungan Untuk Anda Belajar dan Bekerja di Jepang!” pada tahun 2014. Sejak itu, dengan semakin banyaknya orang Indonesia yang tinggal di Jepang, kami terus memikirkan cara untuk memberikan bantuan yang lebih besar.

Mulai Februari 2024, kami menerapkan visi “Mari kita atasi kesulitan di Jepang bersama!” dan ingin membantu dengan hal yang lebih luas. konkretnya adalah membantu mencari tempat tinggal di Jepang. Kelebihan dari mencari tempat tinggal melalui すかSUKI adalah sebagai berikut:

-Kamu bisa mencari tempat tinggal dari Indonesia sebelum berangkat ke Jepang.
-Biaya perantara bisa gratis.
-Anggota すかSUKI akan membantu kamu jika ada kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

すかSUKI ingin membantu kamu dengan masalah yang mungkin akan dihadapi setelah tiba di Jepang. Untuk itu, sangat penting untuk membuat banyak orang mengetahui tentang kegiatan すかSUKI, dan saya berharap banyak orang akan berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Meskipun mungkin sulit untuk terlibat secara aktif dalam kegiatannya, namun hanya dengan menyebarkan informasi saja sudah sangat membantu. Kami sangat menantikan partisipasi kalian, jadi bagi yang tertarik, silakan mendaftar melalui formulir pendaftaran berikut.

Untuk mendaftar sebagai anggota すかSUKI:
https://fearless-kilogram-a64.notion.site/SUKI-8f56a0be51fc4feaa3c22656bcf4818c?pvs=4
https://forms.gle/xESvNJ7FrNzZtLvu8

Survei Dasar Terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang Tahun 2022, Bagian 3

Dalam artikel kali ini, kami akan melanjutkan pengenalan “Survei Dasar Terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang” yang telah kami perkenalkan sebelumnya. Bagi yang ingin melihat artikel pertama, silakan mengecek dari tautan berikut.

<Pekerjaan>

Jumlah orang asing yang bekerja di Jepang telah meningkat dan diperkirakan akan terus bertambah. Untuk hidup di Jepang, tentu saja kita perlu uang, dan cara utama untuk mendapatkannya adalah dengan bekerja. Lalu, apa saja masalah yang dihadapi oleh mereka yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan di Jepang?

(Kesulitan dalam pekerjaan)

1.Gaji yang rendah
2.Perlakuan yang tidak adil dalam perekrutan, penempatan, dan promosi dibandingkan dengan orang Jepang
3.Jam kerja yang panjang

Sayangnya, masalah pertama yaitu gaji yang rendah juga dirasakan oleh orang Jepang. Gaji tidak naik, namun pajak dan iuran asuransi sosial bertambah, sehingga pendapatan bersih menurun. Selain itu, karena kenaikan harga barang baru-baru ini dan situasi depresiasi yen, muncul kesan bahwa lingkungan hidup semakin memburuk. Perlakuan yang tidak adil dalam perekrutan dan penempatan kemungkinan adalah bentuk diskriminasi. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan untuk mengatur sistem yang adil dan menjelaskan alasan dengan jelas agar tidak dianggap diskriminatif.

(Alasan tidak bisa mendapatkan pekerjaan)

1.Tidak menemukan pekerjaan yang diinginkan
2.Kemampuan bahasa Jepang yang tidak memadai
3.Keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk pekerjaan tidak cukup

Jika Anda tidak menemukan pekerjaan yang diinginkan, sayangnya Anda mungkin harus mencari pekerjaan di luar Jepang. Jika Anda tidak tahu pekerjaan apa yang ingin Anda lakukan, banyak orang Jepang juga mengalami hal yang sama. Dengan mengumpulkan berbagai pengalaman, Anda akan mendapatkan gambaran lebih jelas tentang apa yang ingin Anda lakukan. Untuk alasan kedua dan ketiga, Anda hanya perlu bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan Anda.

<Partisipasi Sosial>

Proporsi orang yang ingin berpartisipasi dalam aktivitas sosial adalah 35.0%, sedangkan yang tidak ingin berpartisipasi adalah 24.2%. Aktivitas spesifik seperti kegiatan sukarela (penerjemahan, pembersihan, dll.) adalah yang tertinggi dengan 70.9%.

Selain itu, sekitar 49.6% mengatakan mereka tidak tahu kegiatan sosial apa yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, jika ada pusat informasi yang memperkenalkan partisipasi sosial, jumlah orang asing yang terlibat kegiatan akan meningkat.

<Masalah HAM dan Diskriminasi>

(Keadaan di mana diskriminasi terjadi)

1.Saat mencari rumah
2.Saat bekerja
3.Saat mencari pekerjaan

(Orang yang melakukan diskriminasi)

1.Rekan kerja
2.Agen property
3.Pelayan toko

Diskriminasi tentu saja tidak boleh terjadi. Namun, sayangnya masih ada orang yang melalukan diskriminasi. Saya sendiri, sebagai orang Jepang, sangat menyayangkan terjadinya hal ini. Dari hasil survei, situasi utama di mana diskriminasi terjadi adalah di tempat kerja dan saat mencari rumah.

Perusahaan yang mempekerjakan orang asing menerima pekerja asing karena mereka membutuhkan mereka. Jika demikian, perlu ada pendidikan yang baik agar karyawan Jepang memahami pentingnya tidak mendiskriminasi.

Selain itu, dari sudut pandang pemilik rumah, ada beberapa pertimbangan dalam menerima penyewa asing. Misalnya, ada orang asing yang tidak mengikuti aturan pembuangan sampah, mengadakan pesta malam yang bising, penggunaan ruangan yang tidak baik sehingga menyebabkan kerusakan, pekerjaan yang tidak stabil dibandingkan dengan orang Jepang, tidak adanya penjamin, dan lain-lain.

Sebenarnya bukan berarti orang Jepang tidak akan melakukan hal-hal jelek tersebut. Namun dari sudut pandang pemilik, mereka ingin menghindari risiko sebisa mungkin, seperti tidak mendapatkan pembayaran sewa atau adanya masalah dengan tetangga. Namun, jika orang asing tidak memiliki tempat yang aman untuk tinggal, mereka tidak akan bisa bekerja, sehingga ini adalah topik yang memerlukan penanganan yang tepat.

(Asuransi sosial dan Rasa Kesepian)

Terkait dengan sistem asuransi kesehatan, 44,3% mengatakan bahwa mereka tidak mengerti isinya. Sumber informasi paling umum tentang sistem pensiun adalah dari tempat kerja dengan angka 26,1%. Sistem jaminan sosial di Jepang juga kompleks dan sulit dipahami bahkan bagi orang Jepang. Bagaimana menyampaikan ini kepada orang asing merupakan salah satu tantangan bagi Pemerintah Jepang.

Selain itu, jika kita menggabungkan jumlah orang yang selalu merasa kesepian, kadang-kadang merasa kesepian, dan sesekali merasa kesepian, totalnya ada sekitar 50%. Angka ini menunjukkan peningkatan dari survei tahun sebelumnya, sehingga dirasa perlu untuk menciptakan tempat-tempat yang dapat menghubungkan masyarakat.

Selesai sudah pengenalan konten survei yang telah kami sampaikan dalam tiga artikel. Bagi Anda yang sudah tinggal di Jepang, mungkin ada yang memiliki pemikiran yang sama. Bagi Anda yang sedang mempertimbangkan untuk tinggal di Jepang, kami berharap informasi ini dapat menjadi referensi yang berguna.

Untuk negara Jepang pun, tidak cukup hanya dengan melakukan survei. Berdasarkan hasil survei ini, Jepang harus bekerja untuk mempersiapkan lingkungan yang lebih baik dan mewujudkan masyarakat yang lebih harmonis dengan orang asing. すかSUKI juga akan terus bekerja dengan gigih, memberikan support sebanyak mungkin kepada teman-teman semua.

【Badan Pelayanan Imigrasi Jepang:Survei Dasar terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang】
https://www.moj.go.jp/isa/policies/coexistence/04_00017.html

Survei Dasar Terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang Tahun 2022, Bagian 2

Dalam artikel kali ini, kami akan melanjutkan pengenalan ” Survei Dasar Terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang ” yang telah kami perkenalkan sebelumnya. Bagi yang ingin melihat artikel pertama, silakan lihat dari tautan berikut.

Survei Dasar Terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang Tahun 2022
https://www.sukasuki.org/2023/11/survei-dasar-terhadap-orang-asing-yang-menetap-di-jepang-tahun-2022/

<Orientasi Kehidupan di Jepang>

Sebanyak 40.5% responden mengatakan bahwa mereka tidak menerima orientasi tentang kehidupan di Jepang. Orang yang akan bekerja di perusahaan atau yang datang untuk studi biasanya memiliki kesempatan untuk mendapatkan orientasi, tetapi berbeda dengan orang lainnya. Khususnya bagi mereka yang baru tiba di Jepang, ada banyak hal yang tidak dimengerti dan bisa menjadi sumber kecemasan, sehingga pengadaan orientasi tentu sangat diharapkan. Berikut ini adalah informasi yang dianggap berguna oleh mereka yang telah menerima orientasi.

(Informasi yang berguna dalam kehidupan sehari-hari di Jepang)

1.Cara membuang sampah
2.Pendaftaran penduduk
3.Pencegahan bencana

Bahkan bagi orang Jepang sendiri, aturan pembuangan sampah itu kompleks dan sulit untuk dipahami. Fasilitas pengolahan sampah berbeda-beda tergantung pada daerah tempat seseorang tinggal, sehingga aturan pembuangan sampah sangat dipengaruhi oleh di mana Anda tinggal. Jika seseorang pindah rumah, mereka perlu untuk memastikan aturan pembuangan sampah di tempat yang baru. Untuk membangun hubungan yang baik dengan tetangga sekitar, sangat penting untuk memahami dan mengikuti aturan ini.

Orang asing yang tinggal di Jepang dalam jangka panjang perlu melakukan pendaftaran penduduk. Ini adalah cara bagi negara untuk mengetahui di mana para pendatang tinggal, sehingga jika mereka pindah, mereka harus membuat laporan pindah.

Mengenai pencegahan bencana, Jepang merupakan negara yang sering mengalami bencana alam seperti gempa bumi dan angin topan, sehingga penting untuk mengetahui terlebih dahulu informasi seperti ke mana harus mengungsi jika terjadi keadaan darurat.

(Informasi yang akan berguna jika diketahui lebih dulu)

1.Pensiun dan asuransi Kesehatan sosial
2.Pajak
3.Medis dan kesejahteraan

Ketiga hal di atas memiliki aturan yang berbeda-beda di setiap negara. Meskipun sistem di Jepang telah lengkap, orang Jepang sendiri sulit memahami system yang cukup rumit ini. Sulit untuk memahami semua peraturan hanya dengan sekali mendengar. Informasi tentang hal-hal ini juga tidak banyak disampaikan oleh pemerintah kepada warga negara Jepang. Bahkan ada beberapa informasi yang hanya bisa ketahui melalui media. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki sikap proaktif dalam mencari informasi atau mendengarkan penjelasan.

<Pengumpulan Informasi>

Cara mendapatkan informasi yang telah dipublikasikan dan hasilnya adalah sebagai berikut:

1.Tidak ada kesulitan khusus dalam mendapatkan informasi dalam setahun teakhir
2.Informasi dalam berbagai bahasa sedikit
3.Sulit untuk menemukan informasi yang diperlukan di situs web lembaga resmi

Selain itu, yang keempat adalah “sedikitnya informasi dalam Bahasa Jepang yang mudah dipahami” dan yang kelima adalah “sedikitnya informasi yang disampaikan melalui aplikasi”. Tantangan utama tampaknya adalah bahasa dan memikirkan cara untuk menyampaikan informasi dengan lebih efektif.

<Penanganan Konsultasi>

Berikut ini adalah lawan yang menjadi tempat konsultasi saat mengalami kesulitan:

1.Keluarga/sanak saudara
2.Teman/kenalan orang Jepang
3.Teman/kenalan dari negara asal atau orang asing lainnya

Sepertinya kebanyakan orang cenderung berkonsultasi dengan orang-orang yang mereka kenal baik. Yang keempat adalah konsultasi di tempat kerja atau sekolah.

(Kesulitan saat mencoba berkonsultasi dengan lembaga resmi)

1.Harus mengambil cuti dari pekerjaan atau sekolah untuk berkonsultasi
2.Tidak ada atau sedikit penerjemah yang tersedia
3.Tidak ada penjelasan yang cukup jelas yang bisa dipahami oleh orang asing, atau isi yang tidak dimengerti

Layanan administrasi kebanyakan hanya pada hari kerja, dari pagi hingga sore. Ini sering kali membuat seseorang kesulitan untuk menyelesaikan urusannya setelah jam kerja atau di hari libur. Akibatnya, para pekerja atau pelajar harus mengambil cuti dari pekerjaan. Di sini juga terlihat ada masalah dalam bahasa dan penyediaan informasi.

(Alasan tidak berkonsultasi dengan lembaga pemerintah)

1.Tidak tahu tempat bagian atau loket untuk berkonsultasi ada di mana
2.Harus mengambil cuti dari pekerjaan atau sekolah untuk berkonsultasi
3.Ada orang lain yang menjadi lawan konsultasi

Tidak tahu harus bertanya apa atau berkonsultasi di mana adalah situasi yang paling menyulitkan, tetapi memiliki orang lain untuk diajak berkonsultasi tentu sangat membantu dan merupakan lingkungan yang diharapkan oleh kita semua. Akan sangat baik jika ada loket khusus untuk konsultasi orang asing, yang bisa menjadi petunjuk kemana harus pergi atau di mana harus bertanya.

<Pengasuhan Anak dan Pendidikan>

(Kesulitan dalam kehamilan dan melahirkan)

1.Biaya kehamilan dan melahirkan yang tinggi
2.Ketidakpastian apakah dapat melanjutkan sekolah atau pekerjaan
3.Tidak ada tempat atau orang untuk berkonsultasi tentang masalah kehamilan dan kelahiran

(Kesulitan tentang mengasuh anak)

1.Anak tidak memahami cukup tentang bahasa dan budaya negara asal
2.Biaya pengasuhan yang tinggi
3.Anak tidak memahami bahasa Jepang dengan cukup

Untuk wanita, kehamilan dan kelahiran memiliki dampak yang lebih besar pada kehidupan dibandingkan untuk seorang pria. Kelahiran di negara asing membawa beban psikologis dan finansial yang besar.
Selain itu, mengasuh anak juga berbeda dari pengalaman tumbuh di negara asal, sehingga bisa menyebabkan banyak kecemasan. Anak yang lahir di Jepang mungkin akan menyesuaikan dengan baik di Jepang, namun sebaliknya, pemahaman tentang negara asal mungkin sangat dipengaruhi oleh usaha orang tua di rumah.

Artikel kali ini sampai di sini dulu. Kami akan lanjut membahas isi survei ini pada artikel berikutnya!.

【Badan Pelayanan Imigrasi Jepang: Survei Dasar terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang】
https://www.moj.go.jp/isa/policies/coexistence/04_00017.html

Survei Dasar Terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang Tahun 2022

Jumlah orang asing yang menetap di Jepang pada akhir tahun 2022 adalah 3.075.213 orang, yang merupakan jumlah tertinggi sepanjang sejarah. Ke depannya, diperkirakan jumlah orang asing ini akan terus bertambah. Banyak hal yang sulit dimengerti hanya dengan pengetahuan umum ataupun pengalaman saat tinggal di luar negeri. Semakin lama seseorang tinggal di Jepang, semakin banyak pula kesulitan yang mungkin akan dia dihadapi. Oleh karena itu, Badan Pelayanan Imigrasi Jepang melaksanakan “Survei Dasar Terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang” untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi orang asing dalam kehidupan kerja, sehari-hari, dan sosial.

Kami rasa ada pembaca yang saat ini tinggal di Jepang atau mereka yang nantinya ingin tinggal di Jepang. Untuk membantu para pembaca, kami akan memperkenalkan isi survei yang telah diterbitkan secara bertahap.

<Responden>

3 kebangsaan responden terbanyak yang memberikan jawaban adalah sebagai berikut:
1. Cina: 31.4%
2. Vietnam: 14.7%
3. Korea Selatan: 11.0%

Selanjutnya, jumlah orang asing yang tinggal di Jepang pada akhir tahun 2022 adalah sebagai berikut:
1. Cina: 761.563 orang
2. Vietnam: 489.312 orang
3. Korea Selatan: 411.312 orang
4. Filipina: 298.740 orang
5. Brasil: 209.430 orang
6. Nepal: 139.393 orang
7. Indonesia: 98.865 orang
8. Amerika Serikat: 60.804 orang
9. Taiwan: 57.294 orang
10. Thailand: 56.701 orang

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa semakin banyak orang yang tinggal di Jepang dari suatu negara, semakin banyak pula responden yang memberikan jawaban. Sebagai contoh, responden dari Indonesia adalah 2.8% dari total.

<Status Tinggal>

Status tinggal dari responden adalah sebagai berikut:
1. Penduduk tetap: 30.4%
2. Keahlian, Pengetahuan Humaniora, Bisnis Internasional: 14.4%
3. Pelajar: 10.7%

Selain itu, urutan status tinggal terbanyak di Jepang adalah sebagai berikut:
1. Penduduk tetap: 863.936 orang
2. Pemagang Kerja Teknis: 324.940 orang
3. Keahlian, Pengetahuan Humaniora, Bisnis Internasional: 311.961 orang

Banyaknya penduduk tetap juga merupakan faktor kenapa banyak yang memiliki pengalaman kesulitan karena telah tinggal lama di Jepang. Seseorang dengan visa untuk pemagang kerja teknis yang memiliki batas waktu tinggal dan pada akhirnya harus pulang ke negara asal, mungkin tidak begitu aktif dalam memberikan jawaban dalam survei ini.

<Total Tahun Tinggal di Jepang>

1. Lebih dari 3 tahun dan kurang dari 10 tahun
2. Lebih dari 10 tahun dan kurang dari 20 tahun
3. Lebih dari 20 tahun dan kurang dari 30 tahun

Survei ini ditujukan untuk orang yang telah tinggal di Jepang lebih dari satu tahun, tetapi dari data di atas, banyak jawaban yang diberikan oleh orang yang telah tinggal cukup lama. Orang yang tinggal lebih dari 1 tahun dan kurang dari 3 tahun juga memberikan jawaban, tetapi hanya 10.5% dari total.

<Kepuasan Terhadap Lingkungan Hidup Secara Umum>

Orang yang puas dengan hidup mereka di Jepang adalah 86.4%, jumlah yang sepertinya cukup tinggi.

(Alasan Kepuasan)

1. Lingkungan tempat tinggal (kebersihan, dll.) yang baik
2.Cocok dengan budaya dan adat Jepang
3.Keamanan yang baik

(Alasan tidak puas)

1. Gaji yang rendah
2. Harga barang yang tinggi
3. Ada diskriminasi terhadap orang asing

Alasan merasa puas yang masuk akal. Kami, sebagai orang Jepang, juga merasa bahwa Jepang cukup nyaman untuk ditinggali dan pada dasarnya bersih di mana pun kita pergi jika dibandingkan dengan negara lain.

Salah satu alasan tidak puas adalah gaji yang rendah. Memang benar, karena baru-baru ini harga barang-barang meningkat dan gaji orang Jepang sendiri juga tidak kunjung naik yang menjadi salah satu kekhawatiran kami. Untuk harga, dibandingkan dengan negara maju lainnya, ada kesan bahwa harga di Jepang lebih murah. Ditambah lagi dengan adanya depresiasi yen saat ini, Jepang malah dianggap sebagai negara yang lebih menguntungkan bagi para wisatawan. Lalu, sungguh disayangkan ada jawaban tentang diskriminasi, tetapi kami pikir hal seperti itu memang benar terjadi. Asalnya, Jepang adalah negara kepulauan dengan sedikit orang asing, sehingga banyak warga Jepang yang tidak terbiasa dengan orang asing. Namun, pemerintah Jepang berniat untuk terus lanjut menerima orang asing sebagai pekerja dan wisatawan, sehingga perlu ada usaha untuk menyelaraskan sistem dan usaha dari warga negara Jepang sendiri untuk memahami hal tersebut.

<Mempelajari Bahasa Jepang>

Untuk hidup di Jepang, penguasaan bahasa Jepang adalah tema yang penting. Berikut adalah jawaban tentang kesulitan belajar bahasa Jepang yang tidak mudah bagi orang asing.

(Kesulitan dalam belajar bahasa Jepang)

1. Biaya dan tingkat penggunaan kelas bahasa Jepang/sekolah bahasa yang tinggi
2. Tidak ada kelas bahasa Jepang gratis di dekat tempat tinggal
3. Tidak ada kesempatan untuk memanfaatkan bahasa Jepang yang telah dipelajari

Isu utama adalah mengenai biaya. Akan lebih baik jika orang asing bisa belajar bahasa Jepang dengan beban finansial yang lebih kecil. Namun nyatanya, karena mengajar bahasa Jepang sendiri adalah bisnis yang perlu menghasilkan keuntungan dan saat ini cukup sulit untuk menemukan pengajar sukarelawan yang tidak sibuk. Berbeda dengan dahulu, sekarang sudah tersedia lebih banyak cara untuk belajar bahasa, seperti internet, YouTube, ChatGPT, dll. sehingga diharapkan teman-teman dapat memanfaatkannya. Selain itu, sangat disayangkan jika tidak ada kesempatan untuk memanfaatkan bahasa Jepang yang dipelajari. Sering kali, kami mendengar bahwa para orang asing tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan orang Jepang selain di sekolah atau di tempat kerja. Jika ada kesempatan untuk bertemu lebih banyak orang Jepang, secara alami kesempatan untuk menggunakan bahasa Jepang akan meningkat dan kemampuan bahasa Jepang akan berkembang. Sepertinya perlu ada sistem untuk mempertemukan orang yang ingin belajar bahasa Jepang dengan mereka yang ingin berkenalan dengan orang asing.

(Alasan tidak belajar bahasa Jepang)

1. Tidak perlu belajar karena sudah bisa berbahasa Jepang
2. Tidak ada kelas bahasa Jepang/sekolah bahasa yang bisa diikuti pada jadwal yang cocok
3. Tidak ada kelas bahasa Jepang gratis di dekat tempat tinggal

Banyak responden yang sudah menjadi penduduk tetap sehingga tidak perlu belajar bahasa Jepang lagi. Di samping itu, ada kebutuhan untuk menciptakan lingkungan di mana seseorang bisa belajar bahasa Jepang secara gratis atau dengan biaya rendah, termasuk pada waktu-waktu seperti malam hari atau akhir pekan.

Artikel kali ini sampai di sini dulu. Kami akan lanjut membahas isi survei ini pada artikel berikutnya!

​【Badan Manajemen Imigrasi: Survei Dasar terhadap Orang Asing yang Tinggal di Jepang】

https://www.moj.go.jp/isa/policies/coexistence/04_00017.html

【Badan Pelayanan Imigrasi Jepang: Survei Dasar terhadap Orang Asing yang Menetap di Jepang】https://www.moj.go.jp/isa/content/001402002.pdf

Jumlah Pembatalan Izin Tinggal di Jepang pada Tahun 2018

Pada bulan Agustus 2019, Jepang mengumumkan “Jumlah Pembatalan Izin Tinggal” pada tahun 2018. Berdasarkan undang-undang Jepang, warga negara asing memerlukan izin khusus untuk dapat tinggal di Jepang dalam jangka panjang. Artinya, tinggal di Jepang bagi warga asing adalah suatu situasi khusus dan warga asing yang tidak dapat mematuhi peraturan Jepang akan dipulangkan ke negara asalnya.
Di antara teman すかSUKI, pastinya ada yang ingin pergi ke Jepang. Yuk, simak bersama artikel kali ini agar teman-teman dapat lebih berhati-hati sebelum pergi ke Jepang.

Jumlah Pembatalan Izin Tinggal di Jepang

Jumlah pembatalan izin tinggal di jepang pada tahun 2018 adalah sebanyak 832 kasus. Jumlah ini bertambah sangat banyak jika dibandingkan dengan jumlah pembatalan pada tahun 2017 yaitu 385 kasus dan pada tahun 2016 yaitu 294 kasus.

Jenis Izin Tinggal di Jepang

Jenis izin tinggal yang paling banyak dibatalkan adalah “izin pelajar asing” sebanyak 412 kasus atau 49,5% dari total keseluruhan. Selanjutnya, pembatalan “izin technical intern” sebanyak 152 kasus atau 18,4% dan izin “suami/istri orang Jepang” sebesar 9,4%.

Kewarganegaraan

416 kasus atau 50% pembatalan terjadi pada warga asing berkewarganegaraan Vietnam, disusul Cina dengan angka 152 kasus atau 18,3%. Selanjutnya, ada Nepal dengan angka 62 kasus atau 7,5%.

Contoh Kasus Pembatalan Izin Tinggal di Jepang

Kebanyakan warga negara asing datang ke Jepang sebagai pelajar asing, intern, atau pekerja di Jepang. Berikut adalah contoh kasus pelajar atau pekerja asing yang menerima pembatalan izin tinggal.

・Pelajar yang merubah izin tinggalnya dengan menggunakan nama perusahaan yang tidak mempekerjakan dirinya, untuk mendapatkan izin tinggal kategori “Highly Skilled Professional”. Misalnya, seorang pelajar asing yang tidak mendapatkan pekerjaan walau sudah berhenti sekolah, tetapi tetap tinggal di Jepang untuk mencari pekerjaan. Ada banyak agensi yang membantu teman-teman untuk mendapatkan izin tinggal secara ilegal! Harap lebih berhati-hati dan tidak menggunakan agensi seperti ini.
・Pelajar asing yang namanya tidak terdaftar lagi di sekolah Jepang, tetapi tetap tinggal di Jepang untuk bekerja paruh waktu.
・Technical intern yang menghilang dan pindah kerja ke perusahaan lain.
・Pekerja dengan izin tinggal kategori “Highly Skilled Professional” yang melakukan pergantian kerja di luar kategori tersebut.
・Pelajar asing yang tetap tinggal di Jepang selama lebih dari 3 bulan setelah namanya tidak terdaftar lagi di sekolah Jepang.
・Technical intern yang menghilang, tinggal di rumah kerabat, dan tidak melaksanakan internship selama lebih dari 3 bulan tetapi tetap tinggal di Jepang.

Kasus-kasus seperti ini nyata terjadi di Jepang. Masih banyak kasus-kasus pelanggaran lainnya yang menyebabkan pembatalan izin tinggal di Jepang untuk warga asing.

Sebelum berangkat ke Jepang, teman-teman harus mengetahui secara jelas apa tujuan teman-teman. Lalu, selama berada di Jepang teman-teman harus berjuang untuk melakukan tujuan teman-teman yang pastinya sesuai dengan izin tinggal yang telah didapatkan.
Patuhi peraturan yang berlaku, agar teman-teman terbebas dari masalah selama di Jepang dan dapat mencapai kesuksesan dengan lancar!

すかSUKI akan selalu mensupport teman-teman yang ingin pergi ke Jepang atau sedang berjuang di Jepang!


Jumlah Pembatalan Izin Tinggal di Jepang pada Tahun 2018

Penerjemah : Gita Siwi

Ke Jepang Walau Sudah Menikah! Kenapa Tidak?

Selamat sore. Terima kasih banyak sebelumnya sudah mau berpartisipasi sebagai salah satu narasumber artikel すかSUKI. Kalau boleh tahu, Dina san asalnya dari mana?

Saya berasal dari Cilacap, Jawa Tengah. Pendidikan terakhir S1 jurusan Tarbiyah di STAIN IAIN Purwokerto. Sebenarnya dulu saya ingin mengambil TIK tapi orang tua lebih menyarankan saya di sana dengan alasan lebih dekat dari rumah dan biayanya yang terjangkau karena kampus negeri.

Tarbiyah ya. Tapi kalau dipikir-pikir kan tidak ada kaitannya dengan Jepang ya. Hehe Tapi kenapa pada akhirnya bisa kerja di Jepang sebagai Ginou Jisshuusei?

Dulu nikah tahun 2014, dan sekarang dikaruniai seorang anak. Saat KKN saya cuti kuliah. Kenapa pada akhirnya saya bisa ke Jepang karena suami saya keluar dari pekerjaannya yang lama, dan apa boleh buat kami pun tidak punya penghasilan. Saat itu saya usaha jual beli handphone tapi untuk biaya hidup masih kurang. Saat itu, suami dapat info lowongan kerja ke Jepang. Suami lebih menyarankan saya yang pergi. Awalnya saya merasa berat dan setengah hati karena belum pernah sama sekali pergi merantau.

Tapi saya salut dengan keberaniannya untuk mencoba hal baru. Lalu setelah itu bagaimana prosedurnya hingga bisa lulus tes?

Karena saya belum pernah sama sekali beajar Bahasa Jepang, jadi saat saya mengikuti tes di salah satu LPK di Bandung, saya hanya bermodalkan hafalan Jikoshoukai dalam bahasa Jepang. Saat itu dibutuhkan 24 orang dan saya masuk hanya sebagai cadangan jika ada calon magang yang tidak jadi berangkat. Tes yang pertama sempat gagal, tapi di tes yang kedua alhamdulillah saya bisa diterima. Karena saat itu saya masih menyusun skripsi, jadi satu bulan sbelum mengikuti pelatihan di Bandung saya mnyelesaikan dulu skripsi selama satu bulan. Sedangkan berangkat ke Jepangnya satu minggu setelah wisuda.

Memangnya pelatihan di Lembaga Pengiriman Pemagang itu berapa lama?

Lamanya pelatihan di Bandung adalah 2 bulan setengah, dari bulan Oktober sampai Desember. Selama di sini, saya diajarkan bahasa Jepang, dan melatih fisik seperti harus olahraga atau lari setiap pagi. Dan makanan pun terjaga karena disediakan langsung.

Apa saja kendala yang kamu hadapi selama menjalani pelatihan?

Kendala selama pelatihan tentunya kangen anak, karena di sana tidak boleh pegang handphone. Hanya boleh sabtu sore sampai senin saja, jadinya ya agak sedih. Kadang berantem juga dengan peserta lain soal masalah sepele karena kami tinggal di asrama yang sudah disediakan dari perusahaan, jadi tidak heran banyak hal yang bisa bersinggungan dikarenakan latar belakang setiap orang yang berbeda.

Untuk mengikuti tesnya bayar tidak?

Untuk tesnya sendiri tidak bayar, tapi setelah dinyatakan lolos baru bayar untuk biaya selama pelatihan. Biayanya sendiri berbeda-beda tergantung LPK nya, untuk gambaran mungkin antara 11 juta an. Pembayarannya pun beda-beda ada yang setengahnya dibayar di awal untuk biaya makan dan sebagainya, dan biaya sisanya dibayarkan sebelum berangkat ke Jepang. Kecuali biaya medical check up dan VISA itu kita bayar sendiri.

Saat sedang menjalani pelatihan

Lalu bagaimana dengan respon orang tua kalau kamu akhirnya memutuskan pergi magang ke Jepang?

Reaksi orang tua tentunya takut dan khawatir tapi karena masa ke Jepang itu satu tahun, akhirnya dengan berat orang tua pun mengijinkan.

Reaksi wajar orang tua terhadap anaknya tentu saja khawatir, tapi yang paling penting kita bisa meyakinkan mereka. Apakah kamu punya planning setelah pulang lagi ke Indonesia?

Niatnya saya ingin membuka counter, tapi pada kenyaataannya, karena hanya pergi selama setahun jadi tidak cukup. Tapi dengan uang tabungan selama di jepang ditambah nenkin (tunjangan) sekarang saya bisa membuat rumah.

Saat berangkat ke Jepang dengan siapa?

Berangkat ke jepang 8 orang dari LPK, yang nantinya kerja di pabrik yang sama.

Kalau boleh tahu, apa pekerjaan kamu selama ada di Jepang?

Saya kerja bidang digital packing. Packing bahan makanan, seperti sayuran atau minuman.

Bagaimana dengan tempat tinggal kamu di sana?

Selama di sana tinggal di rumah seperti asrama dengan yang lain, dan pulang pergi dijemput kendaraan dari kantor.

Bersama teman satu tempat kerja

Apa saja sih kesulitan yang kamu hadapi selama bekerja di sana?

Awalnya saya kesulitan beradaptasi dengan pekerjaan. Karena jam kerjanya panjang, jadi harus kuat secara fisik dan mental. Karena aktivitasnya itu itu saja jadinya terasa monoton. Tapi untuk pekerjaan, dengan beberapa bulan saja sudah terbiasa, jadi terasa lebih ringan.

Ya apapun kalau untuk pertama kali pasti terasa berat ya. Kalau Jam kerjanya seperti apa?

Jam kerjanya; minggu sampai kamis dan jumat libur, kadang sabtu lembur setengah hari.

Saya pikir dibandingkan dengan pekerjaan yang lain cukup enak ya, karena masih punya waktu libur untuk bersantai. Nah, kalau libur aktivitas apa yang biasa dilakukan?

Awal-awal karena belum tahu banyak tempat, biasanya saya habiskan dengan kumpul bareng teman seasrama atau belanja bahan makanan untuk stok selama seminggu ke depan. Kadang saya juga sengaja jalan-jalan dengan teman-teman pergi ke Nagoya, festival di Kobe, dan masih banyak lagi.

Menyempatkan jalan-jalan ditengah kesibukan kerja

Kalau sudah di Jepang sayang ya kalau tidak jalan-jalan mengenal budaya di sana. Sekarang pertanyaannya sedikit sensitif nih, hehehe. Gaji yang didapat selama sebulannya kira-kira berapa ya?

Penghasilan perbulan berbeda-beda dan musim juga sangat berpengaruh. Biasanya pendapatan di musim panas lebih banyak dibandingkan musim-musim yang lain, dan pendapatan yang paling sedikit adalah di musim dingin. Gaji paling besar yang saya dapatkan dalam Yen, sekitar 17 ribu man (170.000 yen), dan paling kecil 9 man (90.000) sudah dipotong biaya lain-lain. Untuk makan kami mendapat jatah beras dari kantor.

Dengan penghasilan sebesar itu, apakah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan?

Kalau untuk biaya hidup perbulan tergantung kebutuhan juga, kalau saya biaya makan satu bulan 2 man (20.000 Yen) sudah cukup tapi belum termasuk transport. Dari penghasilan itu saya kirim ke rumah sekitar 6 man (60.000 Yen) dan sisanya saya tabung untuk jaga-jaga.

Berarti semua tergantung life style nya ya. Mungkin ada juga orang yang tidak cukup dengan penghasilan sebesar itu, tapi yang penting kita syukuri saja.
Kalau bisa saya bilang, Dina san ini kan orang Indonesia pada umumnya yang memang tidak memiliki basic kebahasaan dan ketertarikan yang dalam tentang buadaya Jepang. Lalu bagaimana sih caranya kamu bisa tetap bergaul dengan orang Jepang?

Saya juga di awal-awal sangat canggung dan malu pakai bahasa Jepang. Tapi justru saat saya mencoba menyapa, respon mereka yang positif membuat saya kagum. Mereka tetap ramah dan peduli walaupun saya memakai bahasa Jepang seadanya. Karena bagi saya, belajar selama 2 bulan setengah saat pelatihan itu tidak cukup.

Akhirnya sedikit demi sedikit saya mulai terbiasa berkomunikasi dengan orang Jepang. Mungkin dibandingkan teman-teman saya yang lain, saya punya teman orang Jepang lebih banyak.

Saat komunikasi saya biasa menggunakan bahasa Jepang bentuk futsuu (biasa) terdengarnya seperti lebih akrab, padahal saya tidak tahu sama sekali bahasa sopannya. Walaupun sudah pernah belajar di pelatihan tentang pola kalimat dan sebagainya, tapi saya tidak mengerti cara penggunaannya. Tapi saat di Jepang justru saya lebih ngeh cara pakainya.

Takoyaki Party di rumah teman orang Jepang

Betul ya, bahasa lebih mudah diingat kalau langsung dipraktekkan.
Selama ada di sana, hal apa yang paling berkesan?

Hal yang paling berkesan adalah, saya bisa punya teman baru, lingkungan baru, bisa pergi ke tempat yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, bisa lihat sakura, momiji, salju, dan lain-lain. Dan yang paling penting adalah saya punya teman orang jepang yang sangat peduli. Ada yang mengundang saya main ke rumahnya, bahkan dikenalkan juga dengan keluarganya.

Dulu saya dikenal pendiam dan pemalu, tapi saat di Jepang saya beranikan untuk menyapa dan berkomunikasi dengan orang Jepang, bertukar kontak dan belajar bahasa Jepang dengan mereka. Saya pun suka membuatkan mereka makanan seperti bubur kacang ijo, dan dengan kedekatan itu saya jadi merasa tidak sepi.

Kalau begitu harus dijaga baik-baik hubungannya ya. Biasanya kalau pergi main dengan orang Jepang ke mana saja?

Biasanya saya diajak ke tempat wisata yang masih sangat kental budayanya seperti Nara dan karena mereka juga sambil menjelaskan tentang budaya tersebut, saya jadi belajar banyak walaupun apa yang mereka jelaskan tidak semuanya bisa saya tangkap.

Biasanya saya diajak ke tempat wisata yang masih sangat kental budayanya seperti Nara dan karena mereka juga sambil menjelaskan tentang budaya tersebut, saya jadi belajar banyak walaupun apa yang mereka jelaskan tidak semuanya bisa saya tangkap.

Karena kemarin hanya satu tahun, jadi hanya bisa merasakan kondisi Jepang, sakura, momiji maupun salju hanya sekali saja. Tentunya belum puas dan ingin kembali lagi ke sana.

Kalau Dina san sendiri, dulu kenal Jepang dari mana? Dan bagaimana image Jepang saat sebelum dan sesudah ke Jepang?

Iya memang dulu saya tidak tahu sama sekali tentang Jepang. Hanya tahu bahwa Jepang adalah salah satu negara yang dulu pernah menjajah Indonesia. Tapi saat sudah ada di sana saya benar-benar salut karena saat saya pernah pingsan di tempat saya bekerja, mereka sampai memanggil ambulance padahal menurut saya tidak seberapa. Kesigapannya itulah yang membuat saya salut. Image Jepang yang dulu dan yang sekarang di mata saya sangat berbeda.

Iya memang dulu saya tidak tahu sama sekali tentang Jepang. Hanya tahu bahwa Jepang adalah salah satu negara yang dulu pernah menjajah Indonesia. Tapi saat sudah ada di sana saya benar-benar salut karena saat saya pernah pingsan di tempat saya bekerja, mereka sampai memanggil ambulance padahal menurut saya tidak seberapa. Kesigapannya itulah yang membuat saya salut. Image Jepang yang dulu dan yang sekarang di mata saya sangat berbeda.

Yang terakhir nih, pesan-pesan buat pembaca yang mungkin punya masalah dan kondisi yang sama.

Pesan saya kalaupun kalian ada di posisi yang paling rendah, dimana dalam hal pelajaran pun orang lain lebih mudah mengerti karena lebih muda, tapi jangan patah semangat dan berusaha terus! Jika lupa atau tidak tahu beranikan diri untuk bertanya pada orang Jepang dan jangan hanya diam saja. Justru dengan praktek bahasa Jepang dengan orang Jepang langsung, jadi lebih cepat paham. Jangan takut salah, karena mereka juga pasti memaklumi dan malah membetulkan bahasa Jepang kita. Semangat terus!

Yang paling penting adalah memberanikan diri ya! Karena langkah pertama biasanya terasa lebih berat.
Terima kasih banyak Dina san! Sukses selalu!
Buat kalian yang mungkin memiliki pengalaman yang sama dengan Dina san, bisa kalian jadikan referensi juga tuh. Tidak ada batasan usia untuk terus belajar. Ganbatte!
Ternyata Dina san juga punya Channel lho! Mampir ke channelnya ya…

Kawaii Nafisah Dina

Pewawancara : Aririn

Kerja di Jepang Minimal Harus N2? Gak Usah!

Data pribadi
Sertifikat JLPT: N3
Lulusan: universitas nasional Pasim

Konnichiwa! Sahabat すかSUKI!di manapun kalian berada. Kali ini Suki chan mewawancarai orang Indonesia yang sedang bekerja di Okinawa lho! Kami berharap wawancara ini bermanfaat bagi kalian yang ingin kerja di Jepang tapi belum punya sertifikat N2!

Selamat sore, sebelumnya terima kasih banyak sudah bersedia kami interview. Rika san asalnya dari mana?

Saya berasal dari Garut, kuliah di Universitas Nasional PASIM. Saya lulus tahun 2017. Hobi saya belajar bahasa, bersepeda, photo-photo (pemandangan) kadang suka nulis blog atau bikin vlog tentang kegiatan selama di Miyakojima (tempat saya bekerja sekarang)

Wah, Rika san youtuber juga ternyata ya. Hehe. Dulu kenapa ingin belajar bahasa Jepang?

Karena dulu ingin jadi guru Bahasa Jepang. Tapi kalau sekarang jadi ingin bekerja di Jepang.

Kapan kamu pertama kali ke jepang?

Saya pertama kali ke Jepang tahun 2018 bulan Oktober untuk Internship di salah satu hotel yang ada di Okinawa.

Okinawa ya. Jauh sekali! Dari mana kamu dapat informasi tentang Internship ke Jepang?

Dari halaman perekrutan di Facebook. Saya mencoba melamar ke sana dan ternyata ada tawaran untuk internship di Okinawa.

Lalu, tanggapan orangtua bagaimana? Mendengar kamu diterima internship di Jepang?

Ya, orangtua mengizinkan saya karena waktu itu hanya 3 bulan saja.

Yang menjadi alasan kamu untuk mencoba kerja di Jepang apa sih?

Untuk improve Bahasa Jepang, memahami budaya jepang langsung. Misalnya kalau di Jepang, kalau ada bencana harus bagaimana. Saya juga tertarik merasakan langsung perbedaan negara maju dengan Negara berkembang.

Internshipnya kan sudah selesai. Tapi kenapa masih bekerja di Jepang?

Saya ditawari perusahaan yang sama selama saya Internship untuk melanjutkan bekerja di sini. Awalnya ada peserta internship dari Negara lain, tapi yang ditawari bekerja di sini hanya saya. Saya juga tidak tahu kenapa, mungkin karena saya bisa bahasa Inggris juga.

Bagaimana kesan pertama kamu saat pertama kali datang ke Jepang?

Yang pastinya sangat senang, karena jepang adalah negara yang sangat ingin saya kunjungi. Akhirnya mimpi saya bias terwujud. Walaupun saat pertama kali sampai di Okinawa ada perasaan kecewa karena kondisi di sana mirip seperti di Indonesia. Bahkan orang-orangnya pun sama seperti orang Indonesia berbeda dengan orang Jepang pada umumnya. Hanya saja Okinawa memiliki pantai yang sangat Indah dan banyak orang datang untuk berwisata.

Keindahan pantai di Okinawa

Di Jepang juga ada tempat yang sama sekali berbeda ya. Mungkin bagi kita image Jepang itu seperti Tokyo yang sangat praktis. Saat pertama kali ke sana berangkat dengan siapa?

Sendiri. Sebenarnya waktu internship grup terakhir ada 2 orang yang berangkat. Tapi mereka berangkat dari Jakarta sedangkan saya dari bandung. Jadilah sendiri.

Sekarang bekerja di mana?

Sekarang bekerja di salah satu hotel di Miyakojima, Okinawa sebagai front office. Katanya hanya di hotel ini saja yang diperbolehkan memakai kerudung dan juga mereka menyediakan waktu untuk shalat. Di hotel tempat saya bekerja, hanya saya saja orang Indonesianya. Tapi karena sudah akrab dengan orang-orang di satu pekerjaan saya tidak merasa khawatir.

Apa saja yang kamu kerjakan selama berkerja di sana?

Saat Internship semua pekerjaan hotel dikerjakan tetapi pekerjaan utamanya sebagai front office desk.

Jadi resepsionis ya.. Kesulitan apa yang selama ini pernah kamu alami dengan pekerjaanmu saat ini?

Kadang salah paham dengan tamu, kadang saya tidak mengerti bahasa Jepang tamu karena cara bicaranya yang sangat cepat. Staff lain orang Jepang rata-rata tidak bisa bahasa Inggris, jadi kalau ada tamu yang menggunakan bahasa Inggris saya yang menangani.

Biasanya dari mana kah pengunjung yang datang?

Karena ada bandara baru, namanya Shimoji Kuuko jadi banyak pengunjung dari Hongkong, dan Korea yang datang. Selain itu, banyaknya pengunjung juga dipengaruhi oleh praktisnya akses langsung dari Narita Airport.

Apa saja sih kegiatannya selain bekerja?

Saat libur biasanya bersepeda, pergi ke pantai atau belajar bahasa jepang. Karena saya berniat tahun ini ingin lulus N2.

Bersepeda disela-sela waktu luang

Wah semangat buat N2 nya yaa! Kalau kerja dari jam berapa sampai jam brapa? Dan dengan apa?

Disini kerja 8 jam. Shift nya beda-beda. Kerjanya tidak menentu, dan liburnya tidak seperti pekerjaan lain sabtu minggu, kadang saya libur di week days. Karena di sini tidak ada kereta, jadi kemana-mana pakai sepeda. Kalau sedang taifuu, ada mobil perusahaan yang antar jemput.

Selama ini tinggal dengan siapa?

Saat Internship, saya tinggal dengan orang Thailand. Tapi sekarang saya tinggal sendiri.

Apa saja kendala yang kamu hadapi selama bekerja di jepang?

Pastinya bahasa polite yang harus dipakai saat bekerja, itu sangat susah. Baanyak kanji yang belum bisa saya baca juga. Komunikasi, kadang salah paham. Sebagai seorang muslim kesulitan mencari makanan halal. Mengakalinya dengan makan ikan. Ditambah Saat taifuu lebih susah lagi karena biasanya mati lampu jadi tidak bias melakukan apapun, dan konbini pun terkadang kekurangan stok.

Lumayan berat juga ya kalau ada taifuu harus menyiapkan persediaan. Kali ini pertanyaannya agak sensitif nih, hehehe. Kalau boleh tahu gaji kamu bekerja sekarang berapa?

Gaji di okinawa berbeda dengan di prefecture lain, disini gajinya tidak begitu tinggi. Sekitar 150 ribu man belum dipotong asransi, nenkin, apartemen dan lain-lain.

Dengan gaji segitu berapa biaya hidup yang diperlukan?

Bagi saya sekitar 20 ribu yen sampai 30 ribu itu sudah cukup dan bisa nabung. Karena tidak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk transportasi.

Karena pakai sepeda jadi lebih hemat yaa. Ngomong-ngomong Image Jepang dimata kamu seperti apa sebelum kamu datang ke Jepang?

Imagenya orang jepang itu sopan dan menjaga waktu, tapi tidak semua orang jepang seperti itu. Saya pikir orang Jepang selalu tepat waktu, melakukan apapun dengan cepat tapi pada kenyataannya ada juga orang jepang yang telat dan lelet. Haha. Mungkin ini hanya di Okinawa saja, kalau di kota-kota besar saya tidak tahu.

Orang Jepang juga tidak sesempurna seperti yang kita bayangkan ya. Apa kendala sebagai seorang muslim yang kamu hadapi selama berada di Jepang?

Di Miyakojima tidak ada mesjid dan makanan halal. Disini kebanyakan makanan yang mengandung babi jadi saya harus memasak sendiri.

Masak sendiri karena sulitnya makanan halal

Iya ya, biasanya hal ini jadi kendala kebanyakan muslim di Jepang. Memangnya kamu suka masak apa?

Udon, telur, ikan. atau kadang makan sayur. Sayur di sini mahal-mahal. Kadang kalau tidak sempat membuat sarapan, saya biasa makan udon cup saja.

Biasanya Jika ada kesulitan, cerita ke siapa?

Ke teman orang Jepang yang sudah saya anggap seperti ibu saya disini. Kebanyakan teman saya obasan. Saya dekat dengan obasan ini karena dulu pernah kerja di tempat yang sama. Walaupun sekarang sudah pindah tapi masih tetap komunikasi.

Beruntung sekali ya punya teman yang mau mendengarkan kesulitan kita. Adakah hal yang paling berkesan selama ada di sana?

Di sini saya jadi lebih percaya diri karena orang Jepang suka meng apriciate. Memuji hal-hal kecil yang saya pikir itu bukan hal yang begitu berarti. Tapi itulah sifat mereka yang pandai memuji. Dari sana saya jadi semakin semangat.

Tentunya walaupun bagi mereka hal itu adalah hal yang biasa saja, bagi kita sangat berkesan ya. Kira-kira hal yang prlu disiapkan supaya bisa kerja di jepang apa sih?

Pertama selain harus hati-hati terhadap iklim yang berbeda seperti necchuusho (heatsroke), kita juga harus memperhatikan komunikasi/ bergaul dengan orang Jepang. Orang Jepang tidak terbuka seperti orang Indonesia, jadi jangan hanya diam saja. Gunakan bahasa Jepang yang sopan. Untuk bisa kerja di Jepang menurut saya asalkan bisa berkomunikasi dengan baik, itu sudah cukup. Ditambah bahasa Inggris lebih baik lagi. Karena JLPT atau Noken itu kadang tidak dilihat.

Sebenarnya yang tidak punya N2 pun bisa kerja di Jepang ya! Terpikirkan untuk lanjut kuliah S2?

Saya tidak tertarik kuliah lagi, sekarang inginnya kerja saja. Hehe setelah kontrak saya habis, saya berencana untuk memperpanjang lagi beberapa tahun.

Berikan sepatah dua patah kata untuk orang Indonesia yang ingin ke Jepang juga.

Jangan pernah melewatkan kesempatan, kita tidak pernah tau kesempatan yang mana yang akan membawa kita pada mimpi kita!

Terima kasih banyak sudah meluangkan waktunya ya! Pengalamannya sangat bermanfaat sekali!

Begitulah sahabat すかSUKI! Ternyata Rika san ini walaupun tidak memiliki N2 tetap bisa bekerja di Jepang ya. Kuncinya adalah pintar-pintar memilih bidang pekerjaan dan lebih giat lagi mengasah kemampuan berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Jepang. Sekarang ini banyak halaman-halaman perekrutan bekerja di Jepang lho! Mimpi kita jadi selangkah lebih dekat! Semangat buat kita semua!!

Pewawancara : Aririn

Studi di Nanzan University? Siapa Takut!

Bagaimana rasanya dikirim untuk studi ke Jepang sendirian?

Bagaimana rasanya belajar bahasa Jepang sambil berbaur dengan mahasiswa asing?

Baik, di sini saya akan menceritakan pengalaman sambil menjawab kedua pertanyaan tersebut.
Saya mulai studi di Nanzan University di Nagoya dari bulan September 2018, saat memasuki musim gugur. Program yang saya ambil adalah program semester musim gugur (September-Desember) dan musim semi (Januari-Mei). Jadi otomatis saya belajar sampai Mei 2019. Nama program yang saya ambil adalah Center for Japanese Studies (CJS) program, pembelajaran bahasa dan budaya Jepang yang diampu langsung oleh dosen di Nanzan University.

Lalu kenapa saya bisa mendapat kesempatan belajar di Nanzan University? Awalnya adalah karena seleksi internal beasiswa Monbukagakusho yang diselenggarakan oleh pihak jurusan Sastra Jepang UNPAD. Dalam seleksi tersebut ada sistem peringkat yang akan menentukan jenis program pertukaran pelajar ke Jepang. Alhamdulillah saya masuk peringkat pertama dan langsung direkomendasikan oleh jurusan untuk mendaftar program CJS.

Singkat cerita, setelah melalui berbagai alur pendaftaran yang cukup melelahkan, saya tiba di Bandara Internasional Chubu, Nagoya pada tanggal 7 September 2018. Saat itu meski masih tersisa udara pengap musim panas, saya tetap bisa berlindung di dalam mobil penjemput yang disediakan oleh pihak kampus. Saat itu saya langsung diantar ke asrama Nagoya Koryu Kaikan (NKK) yang tepat berseberangan dengan gerbang utama Nanzan University. Hal itu didasari oleh permintaan saya untuk ditempatkan di asrama, meskipun sebenarnya bisa juga homestay karena tak sedikit juga mahasiswa asing yang tersebar di tempat homestay.

Kesan pertama saat bertemu teman-teman baru di Nanzan University, jujur saja saya masih minder dan sedikit syok. Apalagi saat menyadari bahwa dari sekitar 100 mahasiswa asing, saya satu-satunya mahasiswa yang berhijab. Namun sedikit demi sedikit saya mulai bisa berbaur lebih luas melalui acara welcome party, pesta kostum Halloween, dan acara lainnya. Apalagi teman-teman sekamar di NKK sering mengadakan acara makan atau belanja bersama-sama.

Untuk modal selama studi di Nanzan, saya bergantung pada beasiswa Toyota-Nanzan yang langsung direkomendasikan pihak UNPAD. Selain biaya studi yang dibiayai penuh, saya juga mendapat uang saku rutin tiap bulannya. Uang saku tersebut dipotong untuk biaya asrama dan sisanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan dekatnya akses kampus, jadi saya sama sekali tidak perlu membeli teikiken (tiket kereta pulang pergi untuk sebulan). Biaya makan yang cukup mahal juga saya siasati dengan memasak di asrama dan bahkan membuat bekal makan siang.

Mahasiswa asing yang belajar di sini berasal dari berbagai negara, namun yang paling banyak adalah dari Amerika dan China. Orang Indonesia hanya sekitar 6 orang. Bahasa yang menghubungkan antar mahasiswa bisa Inggris atau Jepang. Tapi ingin konsentrasi melatih kemampuan bahasa Jepang, jadi lebih banyak memakai bahasa Jepang. Uniknya, dari sini juga saya bisa mengetahui aksen orang dari berbagai negara ketika berbicara dalam bahasa negeri sakura ini.

Dalam program CJS ini, mahasiswa dibagi menjadi 5 level kemampuan bahasa Jepang yang akan diketahui dari hasil placement test. Untuk yang belum pernah belajar hiragana katakana akan masuk level 1, dan untuk yang level bahasa Jepangnya sudah setara atau lebih dari N2 akan masuk level 5. Saya sendiri masuk ke level 4 dengan berbekal kemampuan bahasa Jepang setara N2.

Oh ya, di program CJS ini mahasiswa bisa memilih mata kuliah yang sesuai dengan level kemampuan bahasa Jepang. Intinya kita bisa mempelajari Jepang dari berbagai perspektif dari berbagai mata kuliah seperti Japanese Business, Japanese Culture and Art, Japanese Policy, Classical Japanese, hingga belajar tentang budaya seperti Japanese Tea Ceremony, Caligraphy, dan Japanese Traditional Dance. Bahasa pengantar dalam perkuliahan ada yang berbahasa Jepang dan Inggris. Total SKS yang saya ambil selama 2 semester ada 31, dan kesemuanya adalah mata kuliah berbahasa Jepang.

Program pembelajaran yang intensif dengan kuis kanji dan kosakata setiap hari membuat saya selalu didorong untuk getol mengulang apa yang telah dipelajari pada hari itu. Belum lagi PR latihan pola kalimat dan reading yang pasti akan dicek dan dibahas bersama dosen. Pola pembelajarannya pun teratur, selalu mempersilakan mahasiswanya untuk berdiskusi sebelum membahasnya bersama-sama. Ujian praktek percakapannya pun tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan. Dari alur pembelajaran seperti inilah yang membuat saya terfasilitasi untuk mengasah kemampuan bahasa dengan cara yang lebih menantang.

Kalau ingin banyak melakukan pertukaran budaya, di gedung R Nanzan University terdapat Japan Plaza, World Plaza dan Stella. Lalu apa perbedaannya? Japan Plaza, sesuai dengan nama tempatnya, mahasiswa wajib berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Saya kadang meminta bantuan kepada Teaching Assistant (TA) saat kesulitan mengerjakan PR atau belajar menghadapi ujian. Di World Plaza justru sebaliknya, penggunaan bahasa Jepang tidak diperbolehkan karena ini adalah fasilitas untuk mempelajari bahasa asing secara sukarela. Mahasiswa asing juga bisa menjadi pengajar native yang akan membantu mahasiswa Jepang belajar bahasa asing. Sedangkan Stella adalah perpaduan antara kedua fasilitas tersebut. Acara pertukaran budaya seperti tahun baru, Halloween dan sebagainya lebih aktif dilakukan di sini. Saya pernah berpartisipasi menjadi penampil di acara tahun baru bersama mahasiswa lainnya.

Selama 9 bulan di Nagoya, saya sama sekali tidak mengambil kerja part-time karena waktu sudah tersita cukup banyak untuk perkuliahan. Meski sebenarnya ada kesempatan untuk bekerja di sela-sela kegiatan perkuliahan, tetapi saya memilih untuk jalan-jalan santai menikmati berbagai fasilitas di Nagoya yang serba memadai. Kadang saya ke daerah Sakae atau pertokoan sekitar Stasiun Nagoya untuk membeli baju dan buku, nongkrong di kafe gratis khusus mahasiswa di dekat Nagoya University, main ke neko café, hingga meluangkan waktu akhir pekan untuk main ke daerah Kansai atau Gifu. Bisa dibilang, tujuan utama saya ke Jepang adalah belajar sambil bermain.

Selama 9 bulan di Nanzan University, hal yang paling berkesan adalah ketika saya terpilih menjadi model untuk majalah dan website kampus. Betapa tidak terkejut, selain ini adalah pengalaman pertama, saya juga tahu bahwa Nanzan adalah sekolah berbasis agama Kristen Katolik. Sebelumnya tak terbersit pikiran bahwa mahasiswi yang berhijab akan digaet menjadi model. Hal itu membuat rasa percaya diri saya meningkat sekaligus bangga bahwa hijab bisa menjadi ciri khas yang menonjol di antara mahasiswa lainnya.

Lalu apa keuntungannya mengikuti program pertukaran pelajar selama 2 semester ini?

Keuntungan pertama yang akan terasa adalah bertambahnya koleksi sertifikat bukti kualifikasi diri. Pengalaman studi di luar negeri akan menjadi nilai plus bagi calon pekerja, terutama bila berkaitan dengan skill yang dibutuhkan dalam pekerjaan. Yang kedua adalah memperluas wawasan tentang sistem pendidikan dan pergaulan lingkup internasional. Bayangkan saja betapa kerennya kita di mata orang sekitar hanya dengan berbagi kisah lucu jalan-jalan bersama mahasiswa asing dari berbagai negara. Selain itu, pengalaman selama studi juga bisa dijadikan referensi untuk menciptakan hal baru di tanah air.

Rancangan Tindakan Komprehensif untuk Penerimaan dan Kehidupan Bersama Tenaga Kerja Asing

Seperti pernah kami jelaskan pada artikel kami sebelumnya, Jepang akan memperbanyak penerimaan pekerja asing mulai bulan April 2019( Jepang Memperbanyak Penerimaan Pekerja Asing Mulai Bulan April 2019 ). Sebelumnya, Jepang tidak menerima pekerja asing walau ada kekurangan tenaga kerja. Mulai tahun depan, Jepang bahkan akan menerima pekerja asing untuk pekerjaan sederhana.

Saat ini ada sekitar 2.640.000 orang asing yang menetap dan 1.280.000 orang asing yang bekerja di Jepang, di mana jumlah ini semakin bertambah. Akan tetapi, Jepang tidak siap untuk menerima pekerja asing sebanyak ini sehingga terjadi banyak masalah. Jika pekerja asing semakin bertambah, masalah yang muncul pun akan semakin banyak.

Oleh karenanya, sebagai persiapan bertambahnya orang asing yang akan masuk ke Jepang, pemerintah Jepang berencana untuk mempersiapkan suatu sistem agar orang asing dan orang Jepang dapat melaksanakan kehidupan bersama. Isi dari sistem ini masih akan dibicarakan, tetapi isinya nanti berpusat untuk mengatasi kurangnya informasi dan dukungan terhadap orang asing. Dengan kata lain, sistem ini akan menjadi perbaikan yang dibutuhkan bagi orang-orang asing yang mendapat masalah saat ini.

Penting bagi Teman-Teman yang ingin pergi ke Jepang untuk mengetahui isi dari sistem ini, untuk mempermudah kehidupan Teman-Teman di sana. Sistem ini masih dalam bentuk rancangan dan kemungkinan masih akan berubah, tetapi kami sarankan agar Teman-Teman mengonfirmasi isi rancangan di bawah ini.

Rancangan Tindakan Komprehensif untuk Penerimaan dan Kehidupan Bersama Tenaga Kerja Asing

(1) Menciptakan komunitas yang nyaman
1. Multilingualisi informasi administrasi dan lingkungan sekitar, peningkatan sistem konsultasi
2. Promosi dan dukungan untuk upaya kehidupan multikultural di setiap wilayah

(2) Perbaikan lingkungan layanan kehidupan
1. Peningkatan lingkungan pelayanan kesehatan, asuransi, dan kesejahteraan
2. Penyebaran informasi dan dukungan dari pemerintah jika terjadi bencana
3. Peningkatan penanganan keselamatan lalu lintas, insiden/kecelakaan, masalah konsumen, masalah hukum, masalah hak asasi, konsultasi biaya hidup, dan lain-lain
4. Peningkatan dan dukungan untuk mendapatkan tempat tinggal
5. Peningkatan kenyamanan pelayanan keuangan dan komunikasi

(3) Perwujudan komunikasi yang lancar
1. Pembukaan kelas bahasa Jepang
2. Peningkatan kualitas dan manajemen yang tepat untuk lembaga bahasa Jepang

(4) Pendidikan untuk murid anak-anak orang asing

(5) Dukungan untuk pelajar asing yang mencari pekerjaan

(6) Pengamanan lingkungan kerja yang sesuai
1. Pengamanan kondisi kerja dan manajemen ketenagakerjaan, serta memastikan kesehatan dan keselamatan kerja
2. Dukungan untuk pekerjaan stabil di setiap wilayah

(7) Pelaksanaan pendaftaran asuransi sosial, dll.

Upaya untuk Penerimaan Sumber Daya Asing yang Tepat dan Lancar

(1) Pembasmian broker yang merugikan

(2) Peningkatan basis pendidikan bahasa Jepang di luar negeri

Penyusunan Sistem Manajemen Baru untuk Izin Tinggal di Jepang

(1) Mempermudah dan mempercepat pengurusan status of residence atau izin tinggal

(2) Memperkuat basis manajemen izin tinggal

(3) Memperkuat tindakan untuk penghuni ilegal

Berikut adalah link pdf di mana Teman-Teman dapat mengecek rancangan dalam artikel ini dengan lebih jelas. Pdf dalam bahasa Jepang, tetapi untuk Teman-Teman yang ingin mengetahui lebih lanjut dapat men-download dan membaca dengan seksama.

Rancangan Tindakan Komprehensif untuk Penerimaan dan Kehidupan Bersama Tenaga Kerja Asing
https://www.kantei.go.jp/jp/singi/gaikokujinzai/kaigi/dai3/siryou3-1.pdf

Penerimaan Pekerja Asing akan Diperbanyak, Penanganan Terhadap Penghuni Ilegal Diperketat

Pada artikel kali ini, kami memperkenalkan langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah Jepang ke depannya. Pada bulan April 2019, Jepang akan memperbanyak penerimaan orang asing, tetapi ada beberapa orang asing yang saat ini tinggal di Jepang tidak mematuhi peraturan yang ada. Jika orang asing yang datang ke Jepang bertambah, masalah yang terjadi kemungkinan juga akan bertambah. Oleh karenanya, selanjutnya pemerintah Jepang akan memperkuat penanganan terhadap orang asing yang tidak mematuhi peraturan. Untuk ini, kami harapkan agar Teman-Teman dapat lebih berhati-hati ketika berada di Jepang.

Kami akan memperkenalkan hal-hal yang harus Teman-Teman perhatikan ketika berada di Jepang pada artikel selanjutnya. Mohon ditunggu :)

Penerjemah : Gita Siwi

Pencari Suaka di Jepang Tahun 2017 dan Peraturan Baru

Pada tanggal 13 Februari 2018, Menteri Kehakiman Jepang mengumumkan jumlah pencari suaka di Jepang tahun 2017. Isinya adalah sebagai berikut.

Data Pencari Suaka yang dipublikasikan

• Jumlah Permintaan Mengungsi dari Warga Asing

Jumlahnya mencapai 19.628 orang. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka terlihat terdapat peningkatan sebanyak 8727 orang. Dengan jumlah tersebut, dapat disimpulkan bahwa dibandingkan tahun lalu, terdapat peningkatan sebanyak 80%.

• Jumlah Pencari Suaka dan Negara Asalnya

1. Filipina 4.895 orang
2. Vietnam 3.116 orang
3. Sri lanka 2.226 orang
4. Indonesia 2.038 orang
5. Nepal 1.450 orang
6. Turki 1.195 orang
7. Myanmar 962 orang
8. Kamboja 772 orang
9. India 601 orang
10. Pakistan 469 orang

Berdasarkan data diatas, Indonesia menempati posisi ke-4 pencari suaka tertinggi. Sebagai tambahan informasi, posisi ke-1 pada tahun 2016, diraih oleh Indonesia. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, maka Vietnam mengalami peningkatan sebanyak 3 kali lipat, dan walaupun Indonesia menempati posisi ke-4 tapi jumlahnya bertambah dibanding tahun sebelumnya.

• Jumlah Pengungsi yang Diakui

Permintaan suaka ke Jepang hampir mencapai 20.000, tapi yang diterima hanya 20 orang saja. Negara yang banyak diterima pengungsinya berasal dari Mesir yaitu sebanyak 5 orang, dan Syria 5 orang, dan Afganistan sebanyak 2 orang. Selain itu, ada juga orang yang bukan pengungsi, yang dikarenakan pasangannya merupakan orang jepang dan alasan lainnya, diizinkan tinggal di Jepang, diantaranya merupakan kewarganegaraan Suriah 4 orang, Myanmar 3 orang, Irak 2 orang dan Kongo 2 orang.

Hal yang Dipahami dari data tersebut

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, diketahui dengan jelas bahwa pengungsi yang pada akhirnya diterima tinggal di Jepang bukan berarti negara dengan jumlah pelamar yang banyak.
Pemberian suaka di Jepang merupakan hal yang sulit. Tahun lalu, pencari suaka jumlahnya mencapai 10.901 orang, sementara yang diterima jumlahnya hanya mencapai 28 orang. Persentase diterimanya adalah 0,003%. Lalu tahun ini, dari 19.628 pencari suaka yang diterima menjadi pengungsi berjumlah 20 orang, yang berarti persentase diterimanya adalah 0,001%. Benar-benar hampir mendekati nol, bukan?
Pertanyaannya adalah akankah orang-orang yang tidak dalam situasi perang di negara seperti Indonesia melarikan diri ke Jepang?
Hal semacam ini pada umumnya dianggap tidak wajar.
Tapi jika menilik keadaan negara seperti Suriah saat ini, maka alasan pengajuan suakanya pun meyakinkan.

Alasan Pengajuan Suaka walaupun tidak Mendapat Perizinan

Terlepas dari keadaan setiap tahunnya, dimana kemungkinan suaka diterima hampir tidak ada, kenapa ya jumlah pencari suaka sedemikian banyak?
Hal ini karena selama aplikasi diproses sekitar 6 bulan sejak pengajuan, pengaju bisa bekerja dan menghasilkang uang di Jepang. Akibat tersebarnya informasi ini, maka pelamar aplikasi suaka di Jepang pun mengalami peningkatan.

Berdasarkan Perubahan Peraturan, Pelamar Jadi tidak Bisa Bekerja walaupun Mengajukan Suaka

Untuk bekerja di Jepang diperlukan visa bekerja. Alasan utama adanya peraturan diizinkannya pencari suaka bisa bekerja di Jepang adalah agar pencari suaka yang berasal dari negara yang sedang berperang, bisa melanjutkan hidup sampai aplikasi pengajuan selesai diproses. Tapi, karena pada praktiknya tujuan aturan ini terlalu banyak disalahgunakan oleh pelamar suaka, akhirnya dibuat peraturan baru pada tanggal 15 Januari 2018.

Peraturan Baru

Bila seseorang dengan status “Pelajar asing”, “Pemagang kerja teknis” dan “status tinggal sementara” lainnya, mengajukan suaka maka aplikasi lamarannya akan diputuskan berdasarkan kategori 1-4 dibawah ini.
1. Kemungkinan diterima lamaran suakanya tinggi,
2. Sudah jelas bukan pengungsi
3. Sebelumnya pernah menjadi pencari suaka, dan kembali mengajukan aplikasi dengan alasan yang sama,
4. Lain-lain.
Bagi orang-orang yang termasuk dalam kategori no 2 dan 3, tidak bisa bekerja dan apabila masa tinggalnya sudah habis, akan dipulangkan secara paksa ke negara asal.

Banyak pelajar asing dan pemagang kerja teknis yang menghilang setelah periode tinggalnya habis karena alasan-alasan seperti “ingin menghasilkan lebih banyak uang di Jepang”. Tapi sayangnya saat ini telah dibuat peraturan mengenai hal ini.
Banyak orang mengajukan pinjaman demi bisa belajar atau magang ke Jepang, dan mungkin ada orang-orang yang perlu bekerja demi melunasi hutang tersebut. Selain itu, ada juga orang yang meminjam uang untuk hal yang sebenarnya tidak perlu karena tertipu oleh agen yang tidak bertanggung jawab. Tetapi, apapun alasannya setiap orang harus kembali ke negara asalnya saat masa tinggalnya sudah habis. Berdasarkan peraturan yang baru, mulai tahun ini diperkirakan akan terjadi pengurangan jumlah pencari suaka.

Orang Jepang Menyambut Wisatawan, Tapi Tidak dengan Imigran

Wisatawan asing yang datang ke Jepang kian bertambah, dan pemerintah Jepang pun berpikir untuk terus meningkatkan sektor tersebut. Di sisi lain, banyak orang yang memandang negatif banyaknya orang asing yang berimigrasi ataupun tinggal di Jepang dalam jangka panjang.
Saat ini, masih belum ada berita yang menampilkan bahwa orang jepang memberi respon positif terhadap hal ini. Walaupun peraturannya telah dirubah, tapi jika jumlah jumlah orang asing yang datang tidak berkurang, ada kemungkinan syarat pembuatan visa untuk masuk ke jepang pun kian diperketat. Yang artinya sama dengan membuat sebuah kebijakan untuk tidak memasuki Jepang sejak awal.

Dengan begini, sikap atau tindakan sebagian orang, dapat memberi dampak buruk pada orang lain yang berasal dari negara yang sama. Yang akan repot adalah anda sendiri jika mempercayai apa yang dikatakan oleh agen atau oknum tertentu begitu saja. Oleh sebab itu, sebelum pergi ke Jepang, mari terlebih dahulu berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya. Selain itu mari lakukan aktivitas sesuai dengan jenis visa yang telah dibuat, dan langsung pulang saat periode tinggalnya sudah habis.

Jika teman-teman berencana untuk pergi ke Jepang dan memiliki hal yang tidak dipahami, jangan sungkan untuk menghubungi すかSUKI ya~
Kami akan sebisa mungkin membantu teman-teman mengatasi masalah tersebut.
Selain itu, apa pendapat teman-teman sebagai orang Indonesia tentang topik bahasan すかSUKI dalam artikel kali ini?
Yuk.. kasih tau pendapatmu. Karena menurut kami, topik kali ini merupakan hal yang patut dipikirkan bersama.

Refensi data
Kementerian Hukum Jepang
Data Pencari Suaka
http://www.moj.go.jp/content/001248677.pdf

Cara Naik Bus di Jepang

Ada yang punya plan ke Jepang? Kalau ada yang punya niatan mau liburan ke Jepang, すかSUKI punya sedikit info tentang naik bus di Jepang lho…

Naik bus di Indonesia biasanya kita tinggal naik saja. Saat mau turun tinggal bilang seperti ini kepada kernetnya: ‘Bang, turun perempatan depan ya Bang!’. Lalu abang kernetnya sambil mengetuk-ngetuk kaca dengan uang 500an teriak ke sopirnya “Perempatan depan turun”, begitu kan ya kira-kira.

Tapi di Jepang tidak seperti itu lho sahabatすかSUKI , bus di sana tidak ada kernet, hanya ada seorang sopir.
Lho tapi kok bisa meng-handle penumpang satu bus ya? Terus kalau lagi jam sibuk dan kondisi busnya penuh, apa kabar tuh? Emang bisa ya narikin setorannya satu-satu? Kalau ada yang kabur tanpa bayar gimana dong?
Kepo kan?! Hehehe…

Naik bus di Jepang itu ada step-nya sahabatすかSUKI ! Berikut langkah-langkah naik bus di Jepang!

1. Naik Bus Harus di Halte

Bus di Jepang tidak berhenti di sembarang tempat, kamu harus menunggu di halte. Halte di Jepang biasanya disebut ‘バス停 (Basutei)’, yang artinya tempat pemberhentian bus.
Jangan membayangkan semua Halte atau Basutei di Jepang itu ada atap dan tempat duduk seperti yang ada di Indonesia ya. Ada halte yang seperti itu, tapi ada juga yang hanya ditandai dengan papan jadwal bus saja. Kalau di kota-kota besar, biasanya Basutei-nya hanya ditandai dengan papan jadwal.
Kalau kamu melihat ada papan berbentuk vertikal yang berisikan jadwal dan banyak orang mengantre di pinggir jalan, nah itu pasti Basutei. Di depan stasiun besar akan ada banyak berjejer papan tersebut, dan masing-masing papan menandakan arah tujuan bus yang berbeda-beda. Kamu harus menemukan arah tujuanmu turun dan mengecek jam kedatangan bus. Tenang saja, bus di Jepang tidak akan ngaret, kalaupun terpaksanya ngaret biasanya karena jalanan yang macet atau terlalu banyaknya penumpang yang ingin naik (ini biasanya terjadi di kota-kota wisata yang banyak turisnya), terkadang malah busnya datang lebih awal, jadi kamu harus datang ke Basutei minimal 5 menit sebelum jam kedatangan jika tidak ingin ketinggalan.

2. Naik Bus Lewat Pintu Belakang

Naiknya saja ada aturannya lho, pintu belakang untuk yang naik, sedangkan pintu depan untuk yang mau turun. Selain supaya tidak berjubel, juga karena mesin pembayarannya berada di pintu depan. Sang sopir juga akan memberhentikan bus dengan posisi pintu belakang berhenti tepat di depan orang-orang yang menunggu, jadi kita tidak perlu repot-repot lari mengejar pintu deh..

3. Mengambil Tiket Bus

Setelah pintu terbuka, naiknya jangan berebut ya, sang sopir akan menanti dengan setia sampai semua penumpangnya masuk kok, tenang saja! Tepat di sebelah kanan setelah pintu masuk, akan ada mesin untuk mengambil tiket, jangan lupa untuk mengambil tiket yang keluar itu ya (bentuknya mirip dengan tiket bonus timezone yang biasanya keluar seusai main itu lho). Dan jagalah tiket itu dengan sepenuh hati kamu sampai kamu mau turun.

Mesinnya seperti ini nih….. Yang dilingkar kuning ya…


Di bawah ini foto contoh tiketnya ya…

4. Amati Nomor yang Tertera Pada Tiket Bus Kamu.

Jangan lupa untuk mengamati nomor yang tertera pada tiket yang kamu ambil. Karena itu akan menentukan berapa ongkos yang harus kamu bayar. Ceklah di tv plasma yang berada di bagian atas dekat sopir, biasanya disitu akan tertulis angka puluhan yang menunjukkan nomor halte dan di bawahnya tertulis besarnya ongkos. Sebagai contoh, jika angka tiketmu adalah 21, kamu harus amati baik-baik berapa harga yang tertulis di bawah angka 21.

5. Pencet Bel Jika Mau Turun

Kita cukup menekan bel ketika mendekati halte yang kita tuju, tidak perlu berteriak “Kiri bang”, hehe. Dan yang paling penting, jangan berdiri ketika bus belum berhenti. Sopir akan sabar menunggu kita sampai kita benar-benar turun kok, jadi berdirinya setelah bus benar-benar berhenti saja ya.

6. Bayar di Mesin Pembayaran

Ketika akan turun, persiapkan uang (kalau bisa uang pas supaya lebih cepat) dan tiket bus yang tadi kalian ambil ketika naik. Masukkan uang di mesin yang berada di sebelah sopir (bentuknya seperti celengan besar) bersamaan dengan tiketnya. Kalau kalian tidak tau mesinnya yang mana, perhatikan saja orang yang sebelumnya turun.
Kalau tidak ada uang pas gimana dong? Tenang… bus menyediakan mesin penukaran uang kok, kalian dekati saja sopirnya dan bilang ‘chenji’ (kata serapan dari Bahasa Inggris ‘change’ atau tukar). Nanti kamu akan ditunjukkan sebuah mesin, lalu masukkan uang lembaran kamu di situ dan taraaaa… keluarlah uang logam berkeping-keping. Praktis kan? Tapi mendekati sopirnya saat bus istirahat atau ketika mau turun saja ya. Kalau kamu jalan ke depan saat bus tengah berjalan, kemungkinan besar kamu bakal kena omel tuh!

7. Turun Lewat Pintu Depan
Berhubung mesin pembayaran ada di depan dekat sopir, otomatis turunnya juga lewat pintu depan. Beres deh.
Kamu akan turun dengan ceria kalau sudah tau step-nya. Kalau belum tahu stepnya, kamu pasti bakal clingak-clinguk . Demi menyelamatkan kamu dari clingak clinguk itulah すかSUKI hadir untuk kamu! Hahahaha, sok gimana gitu ya.
Anyway, sekian cerita naik bus nya ya, lain kali akan すかSUKI ceritakan tentang hal menarik lainnya , okay!

Sistem Asuransi Kesehatan Jepang dan Preminya

Salah satu sistem jaminan sosial di Jepang adalah asuransi kesehatan. Dalam artikel kali ini, すかSUKI akan memperkenalkan tentang bagaimana mekanisme asuransi kesehatan tersebut.

Sistem Asuransi Kesehatan

Pada umumnya, orang jepang pasti mendaftarkan dirinya dalam beragam jenis asuransi kesehatan. Begitupun dengan orang asing yang bermaksud tinggal di Jepang dalam jangka panjang. Saat nasabah asuransi kesehatan mengalami cedera dan atau sakit yang bukan disebabkan oleh pekerjaan dan perlu memeriksakan diri ke rumah sakit, nasabah tersebut tidak harus menanggung sendiri biayanya 100 %. Pada umumnya, terdapat ketentuan biaya tanggungan medis yang disesuaikan dengan usia nasabah premi asuransi. Untuk lebih jelasnya, mari lihat rincian di bawah ini.

Persentase Tanggungan Biaya Medis

Usia 0-belum masuk SD 20 %
Usia SD- 69 tahun 30 %
70-75 tahun 20 % Tapi, untuk orang berpenghasilan tinggi 30%
Diatas 75 tahun 10 % Tapi, untuk orang yang berpenghasilan tinggi 30%

Pada dasarnya jika seorang karyawan perusahaan menerima perawatan di rumah sakit, biaya medis yang perlu ditanggungnya hanyalah 30% dari biaya keseluruhan. Jadi, bahkan jika tagihan medisnya mencapai 1000 Yen, yang perlu anda bayar -jika anda termasuk nasabah asuransi- hanyalah 300 Yen saja.

Berapakah Premi Asuransi Kesehatan itu?

Biayanya berbeda tergantung asuransi kesehatan yang anda pilih, namun kali iniすかSUKI akan memperkenalkan salah satu jenis asuransi -jika anda bekerja di perusahaan di Jepang dengan menggunakan visa bekerja- melalui contoh di bawah ini.

Contoh
• Bekerja di Kantor Pusat di Tokyo dengan menggunakan Visa bekerja
• Perusahaan mengikuti asuransi kesehatan Tokyo
• Karyawan usia 30 tahun saat ini bergaji 250.000 Yen
• Mulai bekerja dari Januari 2018.
Dengan kondisi diatas, biaya premi asuransi kesehatan yang harus dibayar per bulannya adalah 14.865 Yen.

Meningkatnya Beban Tanggungan Premi Asuransi

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, jika anda –nasabah asuransi kesehatan- dirawat di rumah sakit, maka tagihan medis yang perlu anda bayar hanya 30%-nya saja.
Apa rumah sakit memberi diskon untuk layanan ini?
Jawabannya, tentu saja tidak. Karena jika demikian maka rumah sakit tidak akan berjalan lancar bukan?
Lalu bagaimana nasib pembayaran 70% tagihan medis anda ya?

Tagihan medis yang 70% ini, akan dibayar menggunakan asuransi kesehatan dan pajak yang selama ini anda bayar. Mari beralih ke pertanyaan berikutnya. Orang seperti apakah yang pergi ke rumah sakit?
Ya, dibandingkan anak muda, orang-tua tentu memiliki kondisi tubuh yang lebih rentan, serta lebih lambat sembuh dari luka. Karenanya, saat anda pergi ke rumah sakit, anda akan menemui banyak orang-tua dibandingkan dengan anak muda.
Saat ini populasi pemuda di Jepang semakin berkurang, bersamaan dengan hal ini terjadi peningkatan jumlah warga lanjut usia yang pergi ke rumah sakit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedepannya pun jumlah ini akan terus bertambah. Namun, sebaliknya populasi pemuda yang membayar asuransi kesehatan, pajak serta pekerja akan semakin berkurang.

Hal Yang Harus dipikirkan dari Kondisi Jepang Saat Ini

Orang-orang yang membayar asuransi kesehatan kian berkurang, sementara yang mempergunakannya kian bertambah. Dengan kondisi saat ini, akan seperti apakah Jepang nantinya? Menurut saya, teman-temanすかSUKI pun sudah tahu jawabannya bukan? Ya… jawabannya adalah uang pemasukan pun kian berkurang. Lalu, bagaimanakah solusi untuk masalah ini?

• Menambah Kategori Orang yang Wajib Membayar Premi Asuransi
Misalnya mahasiswa yang tinggal bersama orang tuanya, istri yang tidak memiliki pekerjaan, saat ini keduanya bisa menggunakan asuransi kesehatan tanpa harus membayar preminya. Karenanya, dengan mempertimbangkan keadaan saat ini pemerintah dirasa perlu untuk mengamandemen undang-undang terkait –orang-orang dengan kondisi yang disebutkan diatas- pun agar diharuskan membayar premi asuransi kesehatan.

• Menaikan Biaya Premi Asuransi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, premi asuransi kesehatan per bulannya adalah 14.865 Yen. Karenanya menaikan premi hingga misalnya mencapai 20.000-30.000 Yen juga bisa menjadi opsi penyelesaian masalah ini.

• Meningkatkan Jumlah Orang yang Membayar Premi Asuransi dan Pajak
Saat ini populasi anak-anak di Jepang mengalami penurunan. Karenanya, agar cara ini dapat terlaksana maka Jepang harus membuka diri dengan menerima orang asing untuk tinggal di Jepang. Saat ini, pemerintah sudah mulai menerapkan kebijakan tersebut.

Masalah penurunan angka kelahiran dan peningkatan jumlah lansia di Jepang, mulai saat ini akan menjadi masalah dari banyak negara. Indonesia pun mungkin akan dihadapkan dengan masalah serupa dalam waktu puluhan tahun mendatang. Bagaimana jika kita mulai bersama-sama memikirkan solusi masalah tersebut dengan menanamkan pikiran bahwa masalah tersebut akan menjadi masalah kita di masa mendatang?