Magang ke Jepang di bidang Pertanian

Selamat siang, terima kasih banyak sudah berpartisipasi dalam wawancara ini. Kalau boleh tahu, Tama san asalnya dari mana?

Saya berasal dari Purwakarta. Sekarang tinggal di Cimahi karena pekerjaan. Saya lulusan UPI tahun 2009, jurusan kepelatihan olahraga, Fakultas FPOK.

Ini menarik sekali ya, yag dulunya jurusan olahraga, kenapa akhirnya memutuskan untuk ke Jepang. Selama ini pernah bekerja di mana saja?

Saya lulus 2015, setelah lulus saya sempat mengajar feelance olahraga di Cimahi sebagai pelatih Voli di perguruan tinggi, dan guru olahraga di sekolah-sekolah selama setahun. Setelah itu saya keluar dan kerja di EO (Outbound, Tour and Travel, dll).

Apa sih hal yang menjadi titik balik kamu untuk belajar bahasa Jepang?

Sebenarnya kalau dari dulu saya suka anime, tapi tidak terpikirkan untuk bekerja di Jepang, hanya saja saat KKN saya satu keompok dengan mahasiswa Sastra Jepang, dia sering membawa buku bahasa Jepang. Saya belajar darinya, dan ternyata seru juga. Walaupun selesai KKN saya tetap belajar belajar, jadi waktu nonton anime sedikitnya da kata-kata yang bisa saya mengerti.
Sampai sekarang saya terus belajar dan target sekarang adalah lulus JLPT N3.

Lalu, dapat informasi dari siapa tentang kerja di Jepang?

Saya direkomendasikan LPK oleh senior saya yang mengajari saya ketika KKN. Sebenarnya saya mencari yang 3 tahun, tapi hanya ada program yang setahun saja. Selama di LPK saya menjalani pelatihan selama 3 bulan seperti diajarkan cara bekerja di Jepang dan juga belajar dari segi bahasanya.

Ternyata pelatihannya lumayan singkat ya. Waktu itu bekerja di Jepang di bidang apa?

Saya bekerja di bidang pertanian. Dan bekerjanya memang di ladang. Walaupun programnya satu tahun, tapi fullnya kerja hanya 7 bulan saja, karena kalau memasuki musim dingin tidak bisa bercocok tanam. Sebelum mulai bekerja, di sana belajar lagi bahasa Jepang selama 3 minggu.

Semua proses menggunakan mesin

Di daerah mana kamu bekerja saat itu? Dan apa saja yang dikerjakannya?

Saya bekerja di daerah prefektur Nagano. Di sana diajarkan cara menanam sayur, nyemai bibit, panen juga mengirimkan sayuran ke pengepul. Jika memasuki musim panen, jam kerjanya bisa melebihi standar jam kerja biasanya.

Di Jepang, usaha petani masuknya perusahaan perorangan dan memiliki beberapa ladang. Waktu itu bos saya memiliki 7 ladang. Satu ladang sebesar 4x lapang bola dan yang lainnya sebesar lapang voli. Semua proses sudah menggunakan mesin, dari membuat gundukan, menyiram, sampai pemberian vitamin juga. Yang manual hanya menanam dan panen saja.

Wah, ternyata lumayan berat juga ya. Tapi hebatnya kamu bisa mengerjakan itu walaupun tidak ada dasar pertanian sama sekali. Ditambah, jarang sekali anak muda yang berminat untuk berprofesi sebagai petani. Kalau untuk jam kerjanya seperti apa? Karena saya pikir bertani itu berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Jika di musim tanam, saya mulai kerja jam 7 sampai jam 4 sore. Tapi kalau di musim panen kadang mulai kerja jam 12 malam atau jam 2 malam. Saya kerja tiap hari dan tidak ada hari libur. Terutama musim panen di bulan juli, agustus, september nyaris tidak ada hari libur, paling libur setengah hari.

Tapi karena tidak ada libur, harusnya penghasilannya juga lumayan kan..? hehe sedikit bocoran dong soal penghasilannya.

Gaji perbulan tergantung musim juga. Kalau hujan kan tidak kerja, otomatis tidak ada penghasilan juga. Dan di sana saya dibayar perjam. Perbulan saya bisa dapat 180.000 yen tapi belum dipotong ini itu. Jika musim panen di bulan agustus, saya bisa dapat 280.000 yen.

Menurut saya, di Jepang semakin berat pekerjaannya semakin mahal bayarannya. Tapi walaupun begitu tetap berbeda, bayaran yang magang 750-800, sedangkan orang Jepang 1200-2000 yen.

Waduh, tengah malam sekali. Alasannya kenapa mulai kerjanya jam segitu ya?

Karena bekas sayuran yang dipotong itu tidak boleh terkena matahari langsung. Dan sayurannya juga tidak boleh terkena matahari. Setelah sayuran dipotong langsung disiram supaya getah yang menempel tidak membuat sayur jadi kuning, karena hal ini bisa menurunkan harga jual. Selain itu, sayuran di packing di tempat itu juga setelah dicuci untuk kemudian siap didistribusikan ke setiap supermarket.

Ladang sayur letuce dan sawi putih

Saya tidak terlalu detail untuk masalah pertanian, tapi saya merasa cara panennya sangat berbeda sekali ya. Sayur apa yang ditanam di ladangnya? Dan berapa orang yang bekerja di sana saat itu?

Di ladang saya khusus letuce dan sawi putih. Ada 3 orang Indonesia yang bekerja di perusahaan sayur tempat saya magang.

Dari hasil belajar selama ada di sana, apakah kamu tidak tertarik untuk mengaplikasikannya di Indonesia?

Tentu saja saya tertarik untuk mengaplikasikan ilmu yang saya dapat, tapi alat-alatnya sangat mahal. Misal untuk melubangi mulsa, atau penutup dari plastik saja ada alatnya, berbeda dengan di Indonesia.

Selain itu, apa saja perbedaan sistem pertanian di Jepang dengan di Indonesia?

Soal pengepul mungkin sama dengan di Indonesia, tapi di Jepang lebih ketat dan sangat memperhatikan kualitas. Para pengepul ini memiliki kontrak dengan petani, dan hasil panennya dinilai oleh pengepul ini. Misalkan tahun ini penjualannya berapa. Setiap dus antara satu petani dengan petani yang lain berbeda, masing-masing punya nomornya sendiri yang telah terdaftar di pengepul. Itu sebabnya bos saya paling cerewet ketika pemotongan sayur. Jika sayurnya tidak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan bisa menurunkan report, jika nilainya jelek, berarti kuotanya dibatasi, misal dari yang awalnya 300 dus jadi 200 dus, dan hal ini tentunya mempengaruhi penghasilan.

Tanaman yang lewat batas panen bisa menurunkan harga sayuran. Berat perdus tidak boleh kurang atau lebih dari takaran yang sudah ditentukan. Misalnya untuk sawi putih beratnya harus 16 kg perdus.

Memanfaatkan waktu libur dengan makan bersama teman setanah air

Diluar rutinitas kerja, biasanya apa yang kamu lakukan?

Kalau di luar rutinitas kerja saya biasanya jalan-jalan pakai sepeda, karena daerah saya ini di pegunungan seperti Lembangnya Bandung jadi sangat enak sekali untuk bersepeda. Atau kadang saya main ke apato teman atau sekedar jalan-jalan ke kota, terutama waktu liburan saya pergi ke Tokyo, Asakusa, Shinjuku dan lain-lain.

Sudah lumayan keliling Jepang juga ya. Hal yang paling berkesan selama ada di sana apa sih?

Hal yang paling berkesan bagi saya adalah kebersihannya yang sangat luar biasa dan kedisiplinannya. Menurut saya mereka lebih beriman dibandingkan orang muslim (haha). Sangat taat dan patuh pada pemerintah dan pemerintahnya tidak semena-mena terhadap masyarakatnya. Lalu, di sana jarang sekali saya menemui tong sampah di pinggir jalan, hanya ada di mini market dan mall tapi tetap bersih. Sedangkan di Indonesia walaupun banyak tong sampah tapi tetap saja kotor.

Takjub dengan kebersihannya

Iya ya. Kalau masalah kebersihan tidak ada yang meragukan Jepang. Hal ini pun yang sebenarnya ingin kita terapkan juga di Indonesia, tapi jikan setiap pribadinya tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan, sampai kapan pun tidak akan pernah ada perubahan.

Kalau berbicara tentang kendala, kira-kira kendala apa yang kamu temui selama menjalani kehidupan di sana?

Kendala saya sebagai laki-laki muslim adalah sulitnya melaksanakan juma’tan, jadinya saya tidak jumatan. Tapi kalau peserta magang yang lain yang ada dekat masjid, bisa sempat shalat saat waktu istirahat. Sebetulnya kalau untuk shalat saya bisa curi-curi waktu. Walaupun kembali lagi ke pribadinya masing-masing. Kalau saya sengaja bawa sejadah ke ladang. Dari apato saya ke ladang sekitar 15 menit, biasanya setelah makan siang langsung shalat.

Yang paling berat adalah lama puasa hingga 16 jam, dan hal tersebut jadi ujian tersendiri. Apalagi ketika ketahuan puasa, saya suka dimarahi orang Jepang. Karena mereka berpikir bahwa muslim puasa seharian penuh. Sebenarnya mereka hanya khawatir dengan kesehatan. Jika kamu puasa, ya kamu mati dan saya juga sempat bertengkar dengan mereka gara-gara membahas hal ini. Akhirnya saya cari ide, jadi makanan bekal siang saya berikan ke teman saya tanpa sepengetahuan bos saya.

Ternyata pergi ke Jepang itu banyak sekali tantangannya ya. Mulai dari tantangan dari segi lingkungan, budaya dan bahasa. Tapi tantangan yang paling berat adalah ketika ideologi yang kita pegang bertentangan dengan ideologi yang berlaku di Jepang, apalagi ideologi Islam yang masih asing bagi mereka. Saya sangat menghargai usaha kamu untuk tetap memegang teguh prinsip tersebut. Salut! Hehe

Terakhir ini, kasih tau dong pesan-pesan buat pembaca すかSUKI yang membaca artikel ini.

Pesan saya, harus siap kuatkan niat, mental dan fisik dan yang paling utama adalah bahasa. Jangan sampai dibodoh-bodohin orang jepang (hahaha), apalagi dibidang pertanian itu pekerjaannya cukup berat. Tapi saya jamin, kalau kalian bisa menaklukkan pertanian, kamu bisa menaklukkan program magang lainnya, karena menurut saya tidak ada pekerjaan yang seberat di pertanian. Dan satu lagi, jangan takut karena kita dilindungi pemerintah Jepang, karena mereka sangat bertanggung jawab.

Terima kasih banyak Tama atas kontribusinya! Semoga dengan artikel ini banyak orang yang tertarik mencoba pergi ke Jepang ya.

Itu dia wawancara kita kali ini tentang pengalaman magang di bidang pertanian. Bagi laki-laki, terutama selain fisik dan mental yang harus dipersiapkan, kita juga jangan sampai terbawa arus keadaan apalagi kita harus menjual istilahnya yang menjadi prinsip kita.

Semangat buat kita yang sedang berusaha kerja di Jepang! Hehe

Ke Jepang Walau Sudah Menikah! Kenapa Tidak?

Selamat sore. Terima kasih banyak sebelumnya sudah mau berpartisipasi sebagai salah satu narasumber artikel すかSUKI. Kalau boleh tahu, Dina san asalnya dari mana?

Saya berasal dari Cilacap, Jawa Tengah. Pendidikan terakhir S1 jurusan Tarbiyah di STAIN IAIN Purwokerto. Sebenarnya dulu saya ingin mengambil TIK tapi orang tua lebih menyarankan saya di sana dengan alasan lebih dekat dari rumah dan biayanya yang terjangkau karena kampus negeri.

Tarbiyah ya. Tapi kalau dipikir-pikir kan tidak ada kaitannya dengan Jepang ya. Hehe Tapi kenapa pada akhirnya bisa kerja di Jepang sebagai Ginou Jisshuusei?

Dulu nikah tahun 2014, dan sekarang dikaruniai seorang anak. Saat KKN saya cuti kuliah. Kenapa pada akhirnya saya bisa ke Jepang karena suami saya keluar dari pekerjaannya yang lama, dan apa boleh buat kami pun tidak punya penghasilan. Saat itu saya usaha jual beli handphone tapi untuk biaya hidup masih kurang. Saat itu, suami dapat info lowongan kerja ke Jepang. Suami lebih menyarankan saya yang pergi. Awalnya saya merasa berat dan setengah hati karena belum pernah sama sekali pergi merantau.

Tapi saya salut dengan keberaniannya untuk mencoba hal baru. Lalu setelah itu bagaimana prosedurnya hingga bisa lulus tes?

Karena saya belum pernah sama sekali beajar Bahasa Jepang, jadi saat saya mengikuti tes di salah satu LPK di Bandung, saya hanya bermodalkan hafalan Jikoshoukai dalam bahasa Jepang. Saat itu dibutuhkan 24 orang dan saya masuk hanya sebagai cadangan jika ada calon magang yang tidak jadi berangkat. Tes yang pertama sempat gagal, tapi di tes yang kedua alhamdulillah saya bisa diterima. Karena saat itu saya masih menyusun skripsi, jadi satu bulan sbelum mengikuti pelatihan di Bandung saya mnyelesaikan dulu skripsi selama satu bulan. Sedangkan berangkat ke Jepangnya satu minggu setelah wisuda.

Memangnya pelatihan di Lembaga Pengiriman Pemagang itu berapa lama?

Lamanya pelatihan di Bandung adalah 2 bulan setengah, dari bulan Oktober sampai Desember. Selama di sini, saya diajarkan bahasa Jepang, dan melatih fisik seperti harus olahraga atau lari setiap pagi. Dan makanan pun terjaga karena disediakan langsung.

Apa saja kendala yang kamu hadapi selama menjalani pelatihan?

Kendala selama pelatihan tentunya kangen anak, karena di sana tidak boleh pegang handphone. Hanya boleh sabtu sore sampai senin saja, jadinya ya agak sedih. Kadang berantem juga dengan peserta lain soal masalah sepele karena kami tinggal di asrama yang sudah disediakan dari perusahaan, jadi tidak heran banyak hal yang bisa bersinggungan dikarenakan latar belakang setiap orang yang berbeda.

Untuk mengikuti tesnya bayar tidak?

Untuk tesnya sendiri tidak bayar, tapi setelah dinyatakan lolos baru bayar untuk biaya selama pelatihan. Biayanya sendiri berbeda-beda tergantung LPK nya, untuk gambaran mungkin antara 11 juta an. Pembayarannya pun beda-beda ada yang setengahnya dibayar di awal untuk biaya makan dan sebagainya, dan biaya sisanya dibayarkan sebelum berangkat ke Jepang. Kecuali biaya medical check up dan VISA itu kita bayar sendiri.

Saat sedang menjalani pelatihan

Lalu bagaimana dengan respon orang tua kalau kamu akhirnya memutuskan pergi magang ke Jepang?

Reaksi orang tua tentunya takut dan khawatir tapi karena masa ke Jepang itu satu tahun, akhirnya dengan berat orang tua pun mengijinkan.

Reaksi wajar orang tua terhadap anaknya tentu saja khawatir, tapi yang paling penting kita bisa meyakinkan mereka. Apakah kamu punya planning setelah pulang lagi ke Indonesia?

Niatnya saya ingin membuka counter, tapi pada kenyaataannya, karena hanya pergi selama setahun jadi tidak cukup. Tapi dengan uang tabungan selama di jepang ditambah nenkin (tunjangan) sekarang saya bisa membuat rumah.

Saat berangkat ke Jepang dengan siapa?

Berangkat ke jepang 8 orang dari LPK, yang nantinya kerja di pabrik yang sama.

Kalau boleh tahu, apa pekerjaan kamu selama ada di Jepang?

Saya kerja bidang digital packing. Packing bahan makanan, seperti sayuran atau minuman.

Bagaimana dengan tempat tinggal kamu di sana?

Selama di sana tinggal di rumah seperti asrama dengan yang lain, dan pulang pergi dijemput kendaraan dari kantor.

Bersama teman satu tempat kerja

Apa saja sih kesulitan yang kamu hadapi selama bekerja di sana?

Awalnya saya kesulitan beradaptasi dengan pekerjaan. Karena jam kerjanya panjang, jadi harus kuat secara fisik dan mental. Karena aktivitasnya itu itu saja jadinya terasa monoton. Tapi untuk pekerjaan, dengan beberapa bulan saja sudah terbiasa, jadi terasa lebih ringan.

Ya apapun kalau untuk pertama kali pasti terasa berat ya. Kalau Jam kerjanya seperti apa?

Jam kerjanya; minggu sampai kamis dan jumat libur, kadang sabtu lembur setengah hari.

Saya pikir dibandingkan dengan pekerjaan yang lain cukup enak ya, karena masih punya waktu libur untuk bersantai. Nah, kalau libur aktivitas apa yang biasa dilakukan?

Awal-awal karena belum tahu banyak tempat, biasanya saya habiskan dengan kumpul bareng teman seasrama atau belanja bahan makanan untuk stok selama seminggu ke depan. Kadang saya juga sengaja jalan-jalan dengan teman-teman pergi ke Nagoya, festival di Kobe, dan masih banyak lagi.

Menyempatkan jalan-jalan ditengah kesibukan kerja

Kalau sudah di Jepang sayang ya kalau tidak jalan-jalan mengenal budaya di sana. Sekarang pertanyaannya sedikit sensitif nih, hehehe. Gaji yang didapat selama sebulannya kira-kira berapa ya?

Penghasilan perbulan berbeda-beda dan musim juga sangat berpengaruh. Biasanya pendapatan di musim panas lebih banyak dibandingkan musim-musim yang lain, dan pendapatan yang paling sedikit adalah di musim dingin. Gaji paling besar yang saya dapatkan dalam Yen, sekitar 17 ribu man (170.000 yen), dan paling kecil 9 man (90.000) sudah dipotong biaya lain-lain. Untuk makan kami mendapat jatah beras dari kantor.

Dengan penghasilan sebesar itu, apakah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan?

Kalau untuk biaya hidup perbulan tergantung kebutuhan juga, kalau saya biaya makan satu bulan 2 man (20.000 Yen) sudah cukup tapi belum termasuk transport. Dari penghasilan itu saya kirim ke rumah sekitar 6 man (60.000 Yen) dan sisanya saya tabung untuk jaga-jaga.

Berarti semua tergantung life style nya ya. Mungkin ada juga orang yang tidak cukup dengan penghasilan sebesar itu, tapi yang penting kita syukuri saja.
Kalau bisa saya bilang, Dina san ini kan orang Indonesia pada umumnya yang memang tidak memiliki basic kebahasaan dan ketertarikan yang dalam tentang buadaya Jepang. Lalu bagaimana sih caranya kamu bisa tetap bergaul dengan orang Jepang?

Saya juga di awal-awal sangat canggung dan malu pakai bahasa Jepang. Tapi justru saat saya mencoba menyapa, respon mereka yang positif membuat saya kagum. Mereka tetap ramah dan peduli walaupun saya memakai bahasa Jepang seadanya. Karena bagi saya, belajar selama 2 bulan setengah saat pelatihan itu tidak cukup.

Akhirnya sedikit demi sedikit saya mulai terbiasa berkomunikasi dengan orang Jepang. Mungkin dibandingkan teman-teman saya yang lain, saya punya teman orang Jepang lebih banyak.

Saat komunikasi saya biasa menggunakan bahasa Jepang bentuk futsuu (biasa) terdengarnya seperti lebih akrab, padahal saya tidak tahu sama sekali bahasa sopannya. Walaupun sudah pernah belajar di pelatihan tentang pola kalimat dan sebagainya, tapi saya tidak mengerti cara penggunaannya. Tapi saat di Jepang justru saya lebih ngeh cara pakainya.

Takoyaki Party di rumah teman orang Jepang

Betul ya, bahasa lebih mudah diingat kalau langsung dipraktekkan.
Selama ada di sana, hal apa yang paling berkesan?

Hal yang paling berkesan adalah, saya bisa punya teman baru, lingkungan baru, bisa pergi ke tempat yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, bisa lihat sakura, momiji, salju, dan lain-lain. Dan yang paling penting adalah saya punya teman orang jepang yang sangat peduli. Ada yang mengundang saya main ke rumahnya, bahkan dikenalkan juga dengan keluarganya.

Dulu saya dikenal pendiam dan pemalu, tapi saat di Jepang saya beranikan untuk menyapa dan berkomunikasi dengan orang Jepang, bertukar kontak dan belajar bahasa Jepang dengan mereka. Saya pun suka membuatkan mereka makanan seperti bubur kacang ijo, dan dengan kedekatan itu saya jadi merasa tidak sepi.

Kalau begitu harus dijaga baik-baik hubungannya ya. Biasanya kalau pergi main dengan orang Jepang ke mana saja?

Biasanya saya diajak ke tempat wisata yang masih sangat kental budayanya seperti Nara dan karena mereka juga sambil menjelaskan tentang budaya tersebut, saya jadi belajar banyak walaupun apa yang mereka jelaskan tidak semuanya bisa saya tangkap.

Biasanya saya diajak ke tempat wisata yang masih sangat kental budayanya seperti Nara dan karena mereka juga sambil menjelaskan tentang budaya tersebut, saya jadi belajar banyak walaupun apa yang mereka jelaskan tidak semuanya bisa saya tangkap.

Karena kemarin hanya satu tahun, jadi hanya bisa merasakan kondisi Jepang, sakura, momiji maupun salju hanya sekali saja. Tentunya belum puas dan ingin kembali lagi ke sana.

Kalau Dina san sendiri, dulu kenal Jepang dari mana? Dan bagaimana image Jepang saat sebelum dan sesudah ke Jepang?

Iya memang dulu saya tidak tahu sama sekali tentang Jepang. Hanya tahu bahwa Jepang adalah salah satu negara yang dulu pernah menjajah Indonesia. Tapi saat sudah ada di sana saya benar-benar salut karena saat saya pernah pingsan di tempat saya bekerja, mereka sampai memanggil ambulance padahal menurut saya tidak seberapa. Kesigapannya itulah yang membuat saya salut. Image Jepang yang dulu dan yang sekarang di mata saya sangat berbeda.

Iya memang dulu saya tidak tahu sama sekali tentang Jepang. Hanya tahu bahwa Jepang adalah salah satu negara yang dulu pernah menjajah Indonesia. Tapi saat sudah ada di sana saya benar-benar salut karena saat saya pernah pingsan di tempat saya bekerja, mereka sampai memanggil ambulance padahal menurut saya tidak seberapa. Kesigapannya itulah yang membuat saya salut. Image Jepang yang dulu dan yang sekarang di mata saya sangat berbeda.

Yang terakhir nih, pesan-pesan buat pembaca yang mungkin punya masalah dan kondisi yang sama.

Pesan saya kalaupun kalian ada di posisi yang paling rendah, dimana dalam hal pelajaran pun orang lain lebih mudah mengerti karena lebih muda, tapi jangan patah semangat dan berusaha terus! Jika lupa atau tidak tahu beranikan diri untuk bertanya pada orang Jepang dan jangan hanya diam saja. Justru dengan praktek bahasa Jepang dengan orang Jepang langsung, jadi lebih cepat paham. Jangan takut salah, karena mereka juga pasti memaklumi dan malah membetulkan bahasa Jepang kita. Semangat terus!

Yang paling penting adalah memberanikan diri ya! Karena langkah pertama biasanya terasa lebih berat.
Terima kasih banyak Dina san! Sukses selalu!
Buat kalian yang mungkin memiliki pengalaman yang sama dengan Dina san, bisa kalian jadikan referensi juga tuh. Tidak ada batasan usia untuk terus belajar. Ganbatte!
Ternyata Dina san juga punya Channel lho! Mampir ke channelnya ya…

Kawaii Nafisah Dina

Pewawancara : Aririn

Undang-Undang Baru yang Berkaitan dengan Pemagangan Kerja Teknis (Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan) Telah Diberlakukan

【Tujuan dari Sistem Pemagangan Kerja Teknis】

Di antara orang-orang yang ingin ke Jepang, pasti ada yang tahu tentang sistem “Ginou Jisshu” atau pemagangan kerja teknis kan? Sistem ‘Pemagangan Kerja Teknis’ ini diadakan dengan tujuan untuk orang-orang yang ingin mendapatkan pengetahuan keterampilan di Jepang lalu turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi negara setelah kembali ke negaranya sendiri dengan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang telah dipelajari.

 

【Kontradiksi Antara Maksud Sebenarnya dan Pencitraan】

Tujuan semula dari ‘Pemagangan Kerja Teknis’ adalah yang saya sebutkan di atas tadi. Datang ke Jepang lalu menguasai suatu keterampilan dsb. melalui pekerjaan. Menurut saya ini sangat hebat. Tetapi pada kenyataannya , alasan mengapa berbeda dengan tujuan awal adalah karena berbagai masalah telah terjadi selama sistem pemagangan kerja teknis dijalankan.
Mengapa? Karena mereka didatangkan ke Jepang bukan untuk transfer keterampilan tetapi sebenarnya mereka hanya diterima sebagai pekerja sederhana dengan upah murah karena kurangnya tenaga kerja, dan itulah kenyataannya.
Jika diungkapkan dalam gaya Jepang maka ungkapannya menjadi ‘transfer keterampilan = pencitraan’, ‘diterima sebagai pekerja sederhana = maksud sebenarnya.’.
Lalu, berbagai masalah telah terjadi hingga saat ini karena adanya perbedaan antara pencitraan dan maksud sebenarnya ini.
Meskipun di artikel kali ini saya hanya akan memperkenalkan undang-undang baru, saya akan menjelaskan pada artikel lain tentang latar belakang dibuatnya undang-undang ini serta masalah yang dimiliki oleh sistem pemagangan kerja teknis.

 

【Pentingnya Mengumpulkan Informasi】

Nampaknya, bekerja di Jepang jauh lebih berat dari yang dibayangkan oleh orang yang baru akan mulai bekerja di sana. ‘Karena Jepang negaranya bagus jadi ingin coba tinggal’, ‘bisa hidup penuh kepraktisan dan menyenangkan’, kami tentu senang apabila kalian berpikir seperti itu tentang Jepang. Tetapi saya ingin kalian memutuskan untuk pergi ke Jepang setelah memahami dengan seksama seperti apa hidup yang akan dijalani saat sudah sampai di Jepang.

Bersamaan dengan pelaksanaan undang-undang pada 1 November 2017, dibuka juga ‘Gaikokujin Jisshusei Kiko (Organization for Technical Intern Training/ Organisasi Pemagang Kerja Teknis Asing)’. Organisasi ini yang mengatur sistem pemagangan kerja teknis tersebut. Bagi kalian yang sekarang sedang menerima pelatihan untuk pergi ke Jepang sebagai pemagang, atau kalian yang sedang magang di Jepang, apakah kalian tahu tentang organisasi ini?

Gaikokujin Ginou Jisshusei Kiko (Organization for Technical Intern Training/ Organisasi Pemagang Kerja Teknis Asing)’
http://www.otit.go.jp/

Berdasarkan pelaksanaan undang-undang kali ini, para pemagang dilindungi oleh undang-undang lebih dari sebelumnya. Bagi kalian tentu ini adalah hal yang sangat bagus ya. Di website Gaikokujin Ginou Jisshusei Kiko/ Organisasi Pemagang Kerja Teknis Asing ini juga diposting berbagai informasi yang berguna bagi para pemagang dalam bahasa Indonesia.

 
Ginou Jisshusei Techo 【(Buku Pedoman untuk Pemagang Kerja Teknis (dalam bahasa Indonesia) 】
http://www.otit.go.jp/files/user/docs/jissyuseitechou_btk.pdf

 
Untuk Para Pekerja Asing ~Peraturan Hukum di Jepang Berkaitan dengan Ketenagakerjaan~ 【Kementerian Kesehatan, Biro Pengembangan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sumber Daya Manusia】
http://www.mhlw.go.jp/new-info/kobetu/roudou/gyousei/foreigner/technical_intern/dl/indonesian_01.pdf

 
Rosai Hoken Seikyu no Tame no Gaido Bukku (Buku Panduan Klaim Asuransi Kecelakaan Kerja) 【Kementerian Kesehatan, Biro Pengembangan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sumber Daya Manusia】
http://www.mhlw.go.jp/new-info/kobetu/roudou/gyousei/kantoku/dl/161108-17.pdf
http://www.mhlw.go.jp/new-info/kobetu/roudou/gyousei/kantoku/dl/161108-18.pdf

 
Nihon Nenkin Kiko (Japan Pension Service)
http://www.nenkin.go.jp/international/pamphletindonesia/index.html

 
Lalu jika kita mengalami kesulitan kita bisa menghubungi mereka dalam bahasa Indonesia karena sekarang sedang dipersiapkan sistem konsultasi langsung.
https://www.support.otit.go.jp/soudan/id/

 
Apakah kalian telah mendengar informasi ini dari agen penyalur Indonesia maupun organisasi pengawas Jepang? Pelaksanaannya sudah dimulai sejak 1 November 2017. Karena isinya perlu diketahui oleh orang yang akan tinggal di Jepang dengan status pemagang, saya ingin kalian membaca dokumen dari link yang saya share di atas.

 

【Jepang yang Masih Belum Siap Sistem Pendukungnya】

Tidak hanya kalian yang datang ke Jepang sebagai pemagang, bagi kalian yang datang dengan visa kerja maupun wisata sekalipun, pasti ada situasi sulit yang akan kalian hadapi di Jepang. Belum banyak tempat yang bisa mendukung dalam bahasa asing di situasi seperti itu.

Karena dukungan terhadap para pemagang semakin meluas menurut undang-undang kali ini, ini merupakan hal yang sangat bagus. Tidak terbatas kepada pemagang saja, jika ada kesulitan dalam pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari di Jepang, jangan ragu untuk menghubungi kami karena すかSUKI juga menerima konsultasi dalam bahasa Indonesia.